Cari Blog Ini

Rabu, 30 Maret 2011

ADAT KELAHIRAN


ADAT KELAHIRAN

Sejak masa kehamilan hingga kelahiran seorang anak berikut masa pertumbuhan, di kalangan masyarakat Dayak Tunjung Benuaq, dianggap sebagai bagian penting dari siklus kehidupan warga setempat.
Sehubungan dengan itu, maka masyarakat Dayak Tanjung Benuaq mengungkapkannya dalam berbagai aktivitas, diantaranya sebagai berikut:

MASA KEHAMILAN

Di kalangan masyarakat Dayak Tanjung Benuaq, kehamilan anak pertama, atau kehamilan yang mengalami gangguan, harus diadakan adat, yakni:

(1).Nentakng Tolakng Sanggar
Tujuan dari diselenggarakannya adat ini, adalah untuk memohon perlindungan pada Juata, agar melindungi ibu yang sedang hamil besrta bayi yang ada dalam kandungannya.

Si ibu yang sedang hamil dimandikan oleh seorang pemeliatn, (belian beneq), dalam posisi duduk di atas sejenis bangku yang terbuat dari bambu kuning, yang disebut Pantiq, hal itu dimaksud agar bersih dari segala ganguan roh jahat.

(2). Ngerayah

Rayah berarti sejenis kemah yang berbentuk kerucut, terbuat dari Teraratn dan disekeliling ranyah dililitkan tikar.
Ibu yang sedang hamil itu, didudukan didalam ranyah, setelah itu pemeliatn membacakan mantera dan mengelilingi ranyah dengan terlebih dahulu menyalakan api pada daun kering dari pohon tertentu (peneutan). Kemudian nyala api itu dikibas-kibaskan disekeliling ranyah, sebanyak tiga kali, dengan arah berlawanan dengan jarum jam. Upacara ini juga dimaksud untuk mengusir roh-roh jahat pengganggu.

(3). Bekuyakng
Pada upacara ini pemeliatn berperan sebagai juata, tonoi, pujut dan kuyakng, dengan menggunakan sarana daun selolo (daun pisang yang dirobek halus), kemudian disapukan pada tubuh ibu yang sedang hamil, yang dimaksudkan untuk membersihkan jika masih ada gangguan yang tersisa.

KELAHIRAN
Menurut tradisi di kalangan masyarakat Dayak Tanjung Benuaq, pada saat melahirkan biasanya diadakan upacara memukul gendang/gimar dan kelentangan dalam nada khusus yang disebut Domaq. Hal itu dimaksud agar proses kelahiran dapat berjalan dengan lancer dan selamat.

Setalah bayi lahir, tali pusar dipotong dengan menggunakan sembilu sebatas ukuran lutut si bayi dan kemudian diikat dengan benang dan diberi ramuan obat tradisional, seperti air kunyit dan gambir. Alas yang digunakan untuk memotong tali pusar, idealnya diatas uang logam perak atau bila tidak ada adapat diganti dengan sepotong gabus yang bersih.

Langkah berikutnya bayi dimandikan, setelah bersih dimasukkan kedalam Tanggok/Siuur yang telah dilapisi dengan daun biruq di bagian bawah. Sedangkan di bagian atas, dilapisi daun pisang yang telah di panasi dengan api agar steril.
Kemudian bayi yang telah dimasukan dalam Siuur itu, dibawa kesetiap sudut ruangan rumah, sambil meninggalkan potongan-potongan tongkol pisang yang telah disiapkan pada setiap ruangan tadi. Hal Itu dimaksudkan agarsetiap makhluk pengganggu tertipu oleh ppotongan tongkol pisang itu sebagai silih berganti.

Setelah itu, bayi tersebut dibawa kembali ke tempat tidur semula, kemudian disekeliling bayi dihentakan sebuah tabung yang terbuat dari bambu berisi air, yang disebut Tolakng, sebanyak delapan kali, dengan tujuan agar si bayi tidak tuli atau bisu nantinya.

Setelah mencapai usia empat puluh hari, diadakan upacara Ngareu Pusokng, atau Ngerayah dalam bentuk upacara Belian Beneq, selama dua hari. Hal itu dimaksud untuk membayar hajat, sekaligus mendoakan agar si bayi sehat dan cerdas, serta berguna bagi keluarga dan masyaraka. Pada upacara ini juga merupakan awal dari diperbolehkannya si bayi di masukan dan ditidurkan dalam ayunan ( Lepas Pati ).

Sebelum bayi berumur dua tahun, diadakan upacara permandian atau turun mandi di sungai untuk yang pertama kalinya. Padaupacara ini tetap dipergunakan Belian Beneq, selama satu hari, dengan maksud memperkenalkan si adak kepada dewa penguasa air yaitu Juata, agar kelak tidak terjadi bahaya atas kegiatan anak tersebut yang berkaitan dengan air (Nyengkokng Ngeragaq).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar