ADAT KEMATIAN
Menurut kepercayaan masyarakat Dayak Tanjung Benuaq, kematian merupakan suatu peristiwa keluarnya roh kehidupan (Juus) yang meninggalkan tubuh (unuk), untuk selanjutnya “mengembara” di alam bebas , sampai ditempat pemakaman terakhir.
Juus yang telah meninggalkan Unuk berubah nama dan disebut Liyau dan Kelelungan. Di kalangan masyarakat Dayak Tanjung Benuaq, Liyau dianggap sebagai roh tenaga yang berasal dari anggota badan di bawah kepala. Dalam kehidupan sehari–hari, Lyau sangat tabu untuk disebutkan, karena ia ceenderung bersifat pengganggu.
Sedangkan kelelungan dianggap sebagai roh fikiran atau rasio, yang berasal dari anggota badan bagian kepala. Kelelungan cenderung bersifat baik bahkan dapat menjadi perantara manusia dalam mengadakan hubungan dengan Nayuq Timang.
Tempat persemayaman terakhir antara Liyau dan Kelulungan juga berbeda. Liyau bersemayaman pada suatu tempat di bumi yang di sebut Lumut Piyuyutn , sedangkan kelelungan menempati suatu tempat di sebut Tenukng Tenangkai Solai sebagai peristirahatn pertama , kemudian menuju ke Teluyetn Tangkir Langit , sebagai peristirahatan terakhir .
Menurut kepercayaan masyarakat Dayak Tunjung Benuaq , keturunan Temeri kukng Mulukng dengan Diakng Rano yang telah beranak – pinak , mereka hidup dalam
Tempat persemayaman terakhir antara liyau dan kelelungan juga berbeda. Liyau bersemayam pada suatu tempat di bumi yang disebutb Lumut Piyuyatn, sedangkan kelelungan menempati suatu tempat yang disebut Tenukng Tenangkai Solai sebagai peristirahatan pertama, kemudian menuju ke Teluytn Tangkir Langit, sebagai peristirahatan terakhir.
Menurut kepercayaan msyarakat Dayak Tanjung Benuaq, keturunan Terameri kukng Mulukng dengan Diakng Rano yang telah beranak pinak, meka hidup dalam keadaan baqa, tak pernah mati, karena memang belum ada kematian pada waktu itu.
Asal usul tentang kematian memang terdapat “kisah” tersendiri, namun pada inventarisasi ini hyang akan diketenaghkan hanyalah soal asal-usul dari adat kematian, berikut upacara lainnya yang berkaitan dalam hal itu.
ASAL USUL ADAT KEMATIAN
Tersebutlah pada suatu zaman , dimana hidup suatu keluarga kecil bernama Datu dan Dara yang bertempat tinggal di daerah yang di sebut Tenukng Mengkelokop. Mereka mempunyai anak laki-laki bernama Kilip.
Kehidupan manusia sehari hari mereka lewati dengan berladang hingga lanjut usia Datu serta Dara pun akhirnya meninggal dunia . Kilip menjadi bingung atas kematian kedua – orang tuanya itu, terlebih karena ia tidak tahu bagaimana seharusnya mengadakan upacara kematian bagi kedua orang tuanya .
Melihat kenyataan yang demikian lalu KILIP mengambil kulit kayu ( Barutn ) yang di gunakannya sebagai kain kafan, kemudian di bungkus nya mayat kedua orang tuanya itu dengan Barutn. Lalu di letakan nya di dekat bungkusan mayat . Lalu di letakan di atas tujuh potong bambu yang di taruh di bawah pohon bambu .
Setelah itu di masaknya beras ketan dan beras biasa , masing-masing di buat dalam bentuk tujuh gumpalan dan kemudian ia membakar tujuh ekor ikan sebagai pelengkap. Gumpalan nasi dan ikan itu di letakan nya di dekat bungkusan mayat . lalu Kilip pergi ke gunung lumut, lantaran ia percya bahwa roh orang mati akan bersemayam di situ .
Di dekat tepian lumut , Kilip melihat asap , lalu iapun mendekat dan dia melihat kedua orang tuanya berada di san . lalu tak lama kemudian Kilip berkata : “ Mengapa ayah dan ibu tinggal di situ ? ”.
Akan tetapi roh kedua orang tuanya seperti tidak mendengar , malah sang ayah justru berkata , seperti kepada dirinya sendiri , “kasihan Kilip tidak tahu tata cara menguburkan orang mati “.
Seharusnya setiap orang mati di buatkan Lungun . di adakan penyembelihan babi dan ayam sebagai kurban , di buatkan anyaman bambu untuk makanan orang mati dan tempat air dari bambu untuk minuman . sayap ayam dan rahang babi harus di saqmpirkan pada anyaman bambu . upacara itulah yang di namai Permpm Api.
Setelah itulah Kilip segera pulang untuk membuat upacara kematian . mayat kedua orang tuanya di ambil dan di tempatkan di lungun , kemudian di masukan ke dalam gerey ( rumah kecil untuk lungun ), kemudian Kilip kembali pergi ke gunung Lumut .
Di lumut roh kedua orang tuannya menganjurkan Kilip membuat upacara Kenyeu . setibanya di Tenukng Mengkelokop , Kilip melaksanakan upacara tersebut selama Sembilan hari Sembilan malam. Beberapa ekor babi, ayam dan beras ketan serta beras biasa , di masak sebagaimanaseharusnya memasak untuk Liyau.
Upacara puncak dari tata cara adat kematian yang harus di buat Kilip adalah Kewangkey , di mana tulang –tulang kedua orang tuanya di ambil dari lungun , kemudian di masukan kedalam Tempelaaq, dengan di sertai kurban berupa beberapa masakan dari beras di dalam kuali dan bambu , babi, ayam dan kerbau.
Sesuai mengadakan upacara adat itu, Kilip pergi lagi menuju ke gunung lumut , namun ia tak lagi menemukan Liyau kedua orang tuanya . maka iapun terus berjalan ke puncak gunung , hingga sampai di sebuah tempat di namakan Usuk Bawo Ngeno . di situ ia melihat lou ( rumah panjang) , yang penuh ukiran indah dan segala macam kurban yang telah ia persembahkan semuanya ada di situ. Kehidupan liyau di Usuk Bawo Ngeno penuh kemakmuran abadi.
Dari kediaman abadi di Usuk Bawo Ngeno , Liyau kedua orang tuanya berpesan pada kilip ,”lakukan lah upacara adat kematian seperti yang kau lakuakan itu . sebab jika Kehidupan Liyau sejahtera maka kehidupan anak cucu yang ditinggal mati juga akan berkecukupan dan sejahtera di dunia. Lantaran roh leluhur kehidupan baik , maka kehidupan manusia di dunia senantiasa baik”.
Sejak itulah upacara adat kematian terus di adakan hingga saat ini oleh kalangan masyarakat Dyak Tunjung Benuaq .
PENANGANAN PERTAMA ATAS KEMATIAN
Dalam kalangan masyarakat Dayak Tunjung Benuaq , bila ada bunyi Ketetawaq , merupakan suatu pertanda bahwa salah satu warga desa sedang dalam keadaan sakit parah.
Bila ternyata orang yang sedang sakit parah tak tertolong ( mati ) , maka suasana berkabung itu di tandai dengan pukulan tambur yang di sebut Neruak , yang di ikuti dengan pukulan gong yang di palu satu-satu yang di sebut Titii .
Bunyi titii itulah merupakan pertanda bahwa ada salah satu warga dari desa yang di huni masyarakat Dayak Tunjung Benuaq meninggal dunia . seperti petunjuk di turunkan oleh para leluhur, maka warga setempat akan mengadakan upacara adat kematian selengkap – lengkapnnya agar roh si mati mendapat kesalamatan dan kebahagiaan .
Biasanya pada saat jenazah di mandikan , para warga lainnya menebang pohon untuk kemudian di buatkan peti jenasah di sebut lungun . jenasah yang telah di8 mandikan itu , selanjutnya benatik dengan arah ayam jantan berbulum merah dan arang rotan yang telah di bakar .
Patik tersebut merupakan pakaian kebesaran para liyau –kelulungan , dengan maksud agar mereka mudah menyesuaikan diri dan menyatu dengan liyau-kelulungan yang telah mendahuluinya .
Setelah patik selesai di kerjakan, kemudian mayat di bungkus dengan kain kafan sebanyak tujuh lapis, yang bagian luarnya harus berwarna putih , diaikat dengan tujuh ikatan mulai dari leher hingga kaki.
Upacara itu di namai Munngkutn, sedangkan mayat telah terbungkus di sebut osekng . lalu mayat itu di baring kan dengan posisi kepala menghadap matahari timbul dan kaki kea rah matahari terbenam . pada saat itu biasanya kaum wanita mulai menangisi si mati secara bersama, yang dalam bahasa Dayak Benuaq di sebut Ngerarikng.
Setelah semuanya selesai di kerjakan , maka masyarakat setempat mulai mempersiapkan lungun .hari pembuatan lungun biasanya di sebut Olo Entakng.kemudian mayat di masukan dalam lungun , lalu lungun tersebut di ikat dengan rotan dan di beri tutup dari kain serta di gantungkan di atas peralatan yang di namakan Pesilo.
Guna dari pesilo adalah untuk menggantungkan pakaian dan piring berikut perlengkapan lain yang di perlukan sebagai bekal dalam melakukan” perjalanan “ menuju lumut.
Di dekat lungun di dirikan sumpit dan kain merah sebagai tempat untuk liyau leluhur menjemput liyau baru, yang dalam bahasa dayak Benuaq di sebut Nempuk Liyau Kelulungan . pada saat itu , tak henti- hentinnya gong di bunyikan sebagai tanda duka cita , dan setelah itu para anggota keluarga mulai Berinuuk ( musyawarah ) untuk menentukan pelaksanaan upacra selanjutnya . dalam kalangan masyarakat Dayak Tunjung Benuaq , di kenal tiga tingkatan upacara kematian , yaitu Parrepm Api , Kenyeu dan Kewangkai.
PREPM API
Parepn api menurut keprcyaan masyarakat Dayak Tunjung Benuaq , merupakan suatu upacara pelepasan secara resmi keberangkatan liyau menuju lumut dan kelulungan menuju teleyutn langit . sedangkan tahpan upacara tersebut adalah :
(1). Tunang Wara
Wara adalah sejenis syair yangt khusus di gunakan pada upacara kematian, sedangkan orang yang memebawakan lagu dan syair itu di sebut Pengewara.
Tunang Wara merupakan awal dari upacara Perepm Api , dalam kesempatan ini pengewara meriwayatkan asal –usul terjadinya kemenyan ,serta memanggil Lolakng Luwikng untuk mendampingi pengewara dalam melaksanakan proses upacara selanjutnya .
Pada malam tunang ini juga di kumandangkan Domeq untuk pertama kalinya , sedangkan peralatan domeq terdiri dari : satu buah gimer ( gendang pendek ) , seperangkat kelentangan dan tujuh gong.
(2). Encoi Talitn Paket
Encoi Talitn Paket di maksud sebagai sejenis pengiriman undangan kepada para liyau dan kelulungan , agar dapat mempersiapkan diri untuk menghadiri upacara Parepm Api.
(3). Entokng Liyau dan kelelungan
Upacara ini merupakan rangkaian acara penjemputanpara liyau dari lumut dan kelulungan dari Tenukng Tenangkai solai ( bagi kelulungan yang baru meninggal ) dan Teleyutn Tangkir Lngit bagi kelulungan yang meninggal lebih dahulu . kesemuanya itu di maksud agar mereka dapat menghadiri upacara Perepm Api keesokan harinya .
(4). Parepm Api
Jika yang baru meninggal berjenis kelamin laki laki , maka parepm api di adakan tepat pada hari ke tujuh di hitung sejak osekng di masukan ke dalam lungun. Sedanglan bila meninggal perempuan, maka upacara ini di langsungkan tepat pada hari ke enam .
Menurut kepercayaan masyarakat Dayak Tunjung Benuaq , liyau dan kelulungan laki – laki terlambat satu hari tibanya di lumut di bandingkan dengan perempuan , hal itu di sebabkan tulang rusuk laki-laki tidak lengkap di bagian kiri.
Pada upacara ini , liyau di jamu sebanyak tujuh kali ,sedang kan kelulungan di jamu sebanyak delapan kali dalam sehari. Jamuan yang di hidangkan bagi liyau di sebut Pemalaa ,di hidangkan di dalam anyaman bamboo yang di sebut Kelangkakng.
Setelah selesai di hidangkan , pemalaa harus segera di buang agar tidak sempat terjamah oleh anak-anak, karena hal itu di percayai dapat mendatangkan mara bahaya apabila di santap manusia
Hidangan bagi kelulungan terdiri dari makanan bersih yang di sajikan dalam piring dan mangkuk yang bersih pula dan di taruh di atas Peer ( sejenis Loyang) , setelah selesai di hidangkan makanan ini dapat di santap manusia yang berkenan.
(5). Encoi Liyau dan Kelulungan
Upacara ini di lakukan pada malam hari dan memerlukan waktu semalam suntuk . pada tahapan ini , liyau kembali di antar ke lumut dan kelulungan ke teleyutn tangkir langit . bila bila upacara encoi liyau dan kelulungan telah usai , maka rangkaian upacara parepm api di nyatakan selesai, yang kemudian di selenggarakan upacara kematian ke tingkat yang lebih tinggi.
KENYEU
Upacara adat kematian pada tingkat ini, biasanya dilaksanakan setiap Sembilan hari Sembilan malam. Meski demikian upacara ini bukan merupakan suatu kewajiban, artinya boleh tidak dilaksanakan dengan alas an-alasan tertentu (factor ekonomi).
Bila pada upacara perepm api, liyau dan kelelungan diandaikan menempati suatu pondok sederhana, maka pada tahap kenyeu, merupakan suatu bahkati usaha agar mereka menempati suatu rumah yang lebih layak. Tahap dari pelaksanaan upacara kenyeu adalah seperti yang diuraikan dibawah ini.
(1). Pembuatan Lungan Tinaq
Langkah awal upacara Kenyeu adalah pembuatan lungun kedua yang disebut Selokng atau Lungun Tinaq, yang biasanya dibuat dari kayu gabus.
Selokng diukur serta dilengkapi dengan patung kepala dan ekor naga pada ujung kepala dan kaki jenasah. Sedangkan Lungun Tinaq diukur dengan motif kematian dan tidak dilengkapi dengan patung naga. Setelah itu, lungun (pertama) yang berisi jenasah dimasukkan kedalam selokng atau Lungun Tinaq tersebut.
(2). Tunang Domeq
Pada tahap ini warna dimulai, yakni memanggil Lolakng Luwikng serta pengikutnya yang kemudian dilanjutkan dengan meriwayatkan kisah terjadinya langit dan bumi.
Bersamaan dengan dimulainya wara, maka domeq untuk pertama kalinya dikumandangkan. Peralataan domeq tersebut terdiri dari, tiuag buah Perahiiq yang disandarkan menyudut, delapan buah gong dan seperangkat kelentangan.
Domeq ini dibunyikan agak lebih lama bila dibandingkan dengan domeq pada saat Parepm Api, waktunya sebanyak tiga kali pada pagi hari dan senja hari.
(3). Netek Balotn Biyoykng
Biyoyakng adalah sejenis umbul-umbul terbuat dari kulit kayu Jomooq dan kain. Sedangkan khusus untuk pengewara (wara kepala), harus berwarna putih dan merah. Kain tersebut diikatkan pada Balar Buke (anyaman rotan yang berbentuk cincin) seukuran kepala manusia.
Pada tahap ini diambil acara Ngerangkau, yaitu suatu tarian khusus dalam upacara kematian. Setiap kali melakukan upacara ini harus mengenakan Biyoyakng pada kepala dan baju khusus yang disebut Angkakng Kaooq, yaitu baju berwarna putih dan tudak berlengan. Tarian ini dimaksud untuk mendoakan agar arwah yang telah mendahului dapat bersemayam dengan penuh ketenangan di lumut dan teluyetn tangkir langit.
(4). Muat Belontokng
Belontakng adalah patung yang diukir berbentuk manusia dan didirikan menghadap matahari terbenam. Patung ini terbuat dari kayu Ulin dan berfungsi untuk menambatkan Kerbau (fisik). Selain itu secara filosofia bermakna sebagai penggembala kerbau yang akan dipersembahkan sebagai sarana menuju Tenukng Kerohukng.
(5). Encoi Talitn Paket
Upacara ini dimaksud sebagai undangan bagi liyau dan kelelungan agar mereka dapat mempersiapkan diri untuk menghadiri acara puncak dari adat kematian, yaitu pemotongan kerbau.
(6). Entokng Kelelungan
Dalam upacara ini, pengewara menjemput kelelungan dari Teluytn Tangkir Langit. Acara ini dilaksanakan malam hari. Keesokan harinya dilaksanakan acara Pekili Kelelungan yaitu acara penyambutan didalam rumah yang disusul dengan perjamuan (Petunuq Okatn) yang kemudian dilanjutkan dengan Ngerangkau.
(7). Entokng Liyau
Malam berikutnya pengewara menjemput liyau dari lumut dengan tujuan yang sama seperti penjemputan kelelungan. Keesokan harinya dil;aksanakan upacara Nyengkuwai Liyau yaitu penyambutan liyau yang disusul dengan acara adau ayam (Saukng Piak liyau), selanjutnya liyau naik kedalam rumah untuk menerima perjamuan.
(8). Ukai Solai
Apa yang dimaksud dengan Ukai Solai adalah acara puncak dalam hal ini adalah acara pemotongan kerbau. Seusai menerima perjamuan pertama, liyau bersama kelelungan turun kelapangan untuk melakukan upacara pemotongan kerbau.
Kerbau yang akan dipersembahkan, sejak pagi sudah ditambatkan pada sebuah belontakng dengan menggunakan tujuh utas rotan sega yang disebut selampit.
Sebelum kerbau dikurbankan, terlebih dahulu pengewara membacakan riwayat asal-usul terjadinya kerbau dengan maksud agar sang kerbau tidak merasa disiksa, malahan justru mendapat kehormatan, karena atas pengorbanannya liyau dan kelelungan mendapat tempat yang layak dan terhormat.
(9). Encoi liyau dan Kelelungan
Setelah selesai pemotongan kerbau, maka pada malam harinya liyau dan kelelungan dihantar pulang. Sebelum berangkat para kelelungan berpesan kepada kaum kerabat agar senantiasa hidup secara jujur ,saleh ,saling menghormati dan mengasihi serta berhati hati dalam tingkah dan perbuatan.
Kelelungan di antar ke teleyutn tangkir langit , yakni suatu tempat keabadian di atas langit . setelah itu pengewara menghantar liyau ke lumut piyuyatn, suatu tempat yang berada di bumi .
Bersamaan dengan berakirnya upacara ini maka upacara kenyeu di anggap selesai.
(10). Ngului Bangkei
Setelah upacara kenyeu selesai , terdapat beberapa alternative tindakan dari fihak keluarga terhadap jenasah, yaitu pertama , kotak jenasah di turunkan dari rumah untuk selanjutnya di makamkan pada suatu tempat sederhana , di sebut taloh.
Kedua , kotak jenasah di turunkan untuk kemudian di simpan dalam rumah kecil yang disebut Gerei, yakni rumah yang di bangun khusus dengan ukuran tepat sesuai dengan ukuran kotak jenasah termaksud.
Ketiga , kotak jenasah di simpan dalam bilik tersendiri di dalam rumah tempat tinggal keluarga yang bersangkutan.
IV.5. KEWANGKEI
Upacara adat kematian kewangkai , biasannya di laksanakan minimal dua tahun sesudah upacara kenyeu . hal itu di maksud agar tulang belulang yang ada mudah di kumpulkan untuk di bersihkan.
Tujuan utama upacara kewangkei adalah mengusahakan agar para ahli liyau dan kelelungan dapat memperoleh tempat yang lebih kokoh , indah dan nyaman ( Reminin Lou Ukir Remiyap Lou Surat ).
Sedangkan tujuan yang lain yakni agar para ahli kelelungan menjadi cerdik-pandai dan cerdas serta bijaksana , sehingga bila di perlukan dapat menjadi perantara manusia untuk berhubungan dengan Nayuq Timang.
Upacara adat kewangkei dapat di laksanakan secara perorangan , namun pada umunya di laksanakan secara sempeket ( gotong royong ) bailk tenaga maupun biaya . sedangkan tahapan upacara kewangkai adalah seperti yang di uraikan di bawah ini.
(1). Tunang Wara
Pada tahap awal ini , pengewara cukup sebanyak dua orang , tetapi untuk selanjutnya minimal harus sebanyak tujuh orang . Tunang Wara di awali dengan domeq sebanyak tujuh kali yang bertujuan agar desa sekitar mengetahui bahwa upacara kewangkai telah di mulai.
Peralatan domeq sama dengan pada saat kenyeu hanya dalam upacara ini harus di tambah, tiga gong pengiring ( suketn) satu pasang sompekng dan satu buah tarai . kegiatan pengewara pada tahap ini sama dengan yang di lakukan pada saat mengawali upacra kenyeu.
Perlu di ketahui bahwa kalangan masyarakat dayak Tunjung Benuaq , berkaitan dengan upacra adat kewangkei , di kenal dengan dua varian yaitu wara dan sentangih . namun karena ketrbatasan waktu uraian ini berdasarkan versi Wara yang dalam hal tertentu terdapat banyak kesamaan dan setangih.
(2). Pesengket Aning Tulakng
Begitu tuning wara di mulai , petugas khusus bekerja untuk membongkar peti mayat serta mengumpulkan tulang-belulang . tulang tengkorak di bungkus dengan kain merah , sedangkan tulang yang lain di bungkus dengan kain putih. Kedua bungkusan itu di masukan ke dalam guci, kemudian di bawa pulang dan di taruh di dalam sadai , yakni tempat sementara yang berada di dalam rumah .
Pada tahap ini selanjutnya guci yang berisi tulang belulang itu di bawa naik ke dalam rumah dan di tempatkan di atas balai-balai yang telah di persiapkan sebelumnya . upacara ini biasanya di laksanakan pada hari ke lima terhitung sejak Tunang Wara .
(3). Mungkaak Selimat
Jika pada siang harinya di laksanakan Pesengket Aning Tulakng. Maka pada malam harinnya di adakan upacara Mungkaak Selimat .sedang kan yang di maksud selimat adalah kotak berbentuk kubus dengan tutup terbentuk limas segi empat ,setiap sisinya di ukir dengan motif umum yakni Bungaq Senteroot yang merupakan motif khas ukiran kematian .
Ragam hias ukiran kematian di kalangan masyarakat dayak Tunjung benuaq pada jaman dahulu , di tentukan oleh tingkatan social dan kedudukan seorang di tengah masyarakat .
Ragam hias yang di pergunakan pada kaum Mantiq ( bangsawan ) ialah Bengkolokng Timang , Jautn Nguku , Jautn Ngantukg ,Tuak Tumpak Uli Jokatn, Dusun Bengkaloit Utak Bayatn Kalaq Tentekng Kenang.
Ragam hias yang dapat di pergunakan secara umum oleh semua golongan masyarakat , ialah Telabakng Banukng , Bungaq Senterot, Tolakng Tumakng Ete Bawakng Baloo Orooq Ete Bahooq.
Kembali pada upacara Mungkaq Selimat yang di maksud sebagai rangkaian kegiatan berupa : mendirikan dan menggantungkan selimat dan mulai ngerang kau untuk pertama kalinya .
Dalam tarian ngerangkau ini , jumlah penari yang berputar mengelilingi selimat harus berjumlah empat belas , sedangkan putaran tarian nya sebanyak tujuh kali . pada saat tarian ini para pengerangkau harus mendorong kelelungan dengan menggunakan kain batik.
(4). Pesawaq Belontakng
Pesawaq berarti mengkawinkan .jika kewangkei itu menggunakan kuburan, maka pesawaq belontakng berarti mengkawinkan belontakng dengan nisan kuburan. Namun jika menggunakan Tempelaaq, maka berarti mengkawinkan Belontakng dengan tempelaaq.
Simbolisasi dalam perkawinan ini , mempelai laki- laki mewakili kayu ulin yang di beri nama Pookng Baning , sedangkan memepelai wanita mewakili kayu benggaris , yang di beri nama Ilakng landing.
(5). Muat Belontakng
Muat berarti mendirikan , sehingga yang di maksud dengan Muat Belontakng adalah mendirikan dan menanamkanya di dalam tanah .
Sebelum mendirikan , belontakng terlebih dahulu di bersihkan melalui upacara Nyempur Miwir , dengan maksud agar belontakng tidak mendatangkan bahaya bagi para keluarga serta pengunjung yang menghadiri upacara pemotongan kerbau nantinya.
(6). Petiwaq Siliu
Siliu ialah sejenis kendaraan yang mampu meluncur di permukaan air, di darat maupun di udara. Siliu itu terbuat dari kayu yang di bentuk seperti sampan bertali rotan dan di gantung seperti ayunan.
Siliu ini berfungsi untuk perlengkapan upacara encoi talitn Paket , Entokng Liyau dan Kelelungan , encoi liyau dan kelelungan .
(7). Encoi Talitn Paket
Pada prinsipnya upacara Encoi Talitn Paket , pelaksanaanya sama dengan acara termaksud yang di laksanakan pada waktu kenyeu.
(8). Entokng Liyau dan Kelelungan
Pada prinsipnya upacara ini sama dengan upacara termaksud yang di laksanakan pada saat kenyeu, hanya pada saat ini di gunakan alat khusus yang di sebut siliu.
Kelebihan yang lain ,pada waktu pesengket liyau ,terdapat sarana untuk adu argumentasi yang di namakan Tuak Seriakng Liyau dan cara lain di sebut Engkuni Liyau
(9). Ukai Solai
Pada prinsipnya acara ini juga tidak jauh berbeda dengan upacara termaksud yang ada pada kenyeu .hanya perlu di catat bahwa upacara penombakan kerbau di laksanakan melalui tahapan :
Pertama , membacakan riwayat asal usul kerbau , kedua nyempur wiwir¸ketiga ngulas ngarikng ( pengolesan tepung tawar ) . keempat ¸ penombakan pertama secara simbolis oleh liyau kelelungan menuju arah jantung sebelah kiri kerbau , dan kelima, titi mengelilingi bangkai kerbau.
(10). Encoi Liyau dan kelelungan
Sebelum liyau dan kelelungan di hantar ke tempatnya masing-masing , perlu di kemukakan beberapa tahap upacara yang mendahului nnya yaitu:
i. Nyempur Aning Tulakng
Yakni upacara pembersihan terakir terhadap liyau sambil membacakan mantera yang mengandung doa dan harap agar di kemudian hari tak terjadi lagi duka cita.
ii. Ngulas Kelelungan
Ngulas berarti mengoleskan tepung tawar yang rangkaian kegiatannya meliputi : kelelungan di taruh dalam piring kuno ( melawtn ) , kemudian di olesi darah hewan kurban , terutama darah kerbau dan di jamu seperti layaknya menjamu tamu terhormat .
Maksud dari upacara ini adalah agar kelelungan dapat bersemayam dalam keadaan sejahtera , adil bijaksana di Teluyetn Tangkir Langit.
iii. Nempuk Kelelungan
Pada prinsipnya sam,a dengan upacara Encoi kelelungan pada upacara Kenyeu.
iv. Nulek Liyau
Pada prinsipnya upacaraa ini mengandung arti dan maksud yang sama dengan upacara Encoi Liyau pada tingkat upacara Kenyeu.
(11). Ngului Tulakng
Upacara ini dimaksud unyuk menghantar tulang belulang beserta tengkorak, ke tempat peristirahatan terakhir. Adapun tempat peristirahatan terakhir itu dapat berupa:
i. Tempelaaq
Yakni kotak ulin berukir dalam ragam hias kematian, bertiang dua atau tiga, serta dilengkapi dengan ukiran patung kepala dan ekor naga pada kedua penampangnya.
ii. Kererekng yakni sejenis tempelaqq, tetapi hanya bertiang satu
iii. Tempelaaq Patiiq
Yakni sebuah antang kuno yang disangga oleh sebuah tiang ulin berukir serta ditutup dengan Melawatn (piring kuno).
iv. Rinaaq/Temegatukng
Yakni makam yang berdinding papan ulin, diatasnya ditancapkan nisan yang merupakan pertanda bagi jenis kelamin tulang yang berada didalamnya.
v. Guur
Yakni makam dimana guci/antang yang berisi tulang ditanam selam kiri-kira sepuluh centi meter didalam tanah.
Upacara Nyului Tulakng sekaligus merupakan tanda bahwasanya upacara Kewangkei telah usai. Kemudian untuk mengakhiri masa duka cit, biasanya dilakukan upacara Malik Perahiiq Gimar, yang tata caranya menggunakan rangkaian upacara adat belian lewangan.
g
BalasHapus