Cari Blog Ini

Rabu, 30 Maret 2011

PENYEMBUHAN ORANG SAKIT (TREATMENT OF ILLNESS FOR DAYAK BENOAQ TRIBES)



ADAT BELIAN

Masyarakat Dayak Tanjung Benuaq mempercayai kekuatan-kekuatan gaib yang terdaapat pada segala macam benda, seperti manusia, binatang, tumbuhan, batu, gunung dan lain sebagainya.

Kepercayaan terhadap kekuatan gaib ini justru mempererat hubunganantar manusia dengan kosmos. Apabila terjadi suatu pelanggaran di dalam aturan masyarakat, maka acap kali dihubungkan denmgan kepercayaan yakni terjadinya ketidak seimbangan kosmos.

Ketidak seimbangan itu dapat membuat orang sakit, mati, panen gagal, bencana alam, dll peristiwa-peristiwa duka diatas, menurut kepercayan masyarakat Dayak Tanjung Benuaq akibat kemarahan makhluk yang memiliki kekuatan gaib atau adanya pelanggaran terhadap aturan norma tertentu yang telah ditetapkan.

Dalam kehidupan keseharian, masyarakat Dayak Tanjung Benuaq merasa selalu diliputi oleh makhluk-makhluk gaib. Perasaan ini mendorong selalu berupaya agar para makhluk yang memiliki kekuatan gaib tidak memusuhi mereka. Di pihak lain, mereka juga mengharapkan dalam kehidupan kesehariannya selalu mendapat pertolonga dari kekuatan-kekuatan gaib tersebut.

Dalam melakukan hubungan dengan makhluk-makhluk berkekuatan gaib, dapat dijalankan secara individu, terlebih bila hubungan tersebut vertalian dengan arwah para leluhur. Namun dalam peristiwa-peristiwa penting, seperti kematian, penyakit, kelahiran, perkawinan, dan lain-lain, mereka selalu menggunakan seorang atau beberapa orang perantara khusus.

Manusia yang bertindak sebagai perantara itu, adalah orang yang tahu secara mandalam mengenai soal-soal yang berkaitan dengan alam dan kekuatan gaib dan keahlian khusus lainnya, orang inilah yang lazim disebut sebagai pawing bebelian atau Pemeliatn.

Belian juga untuk menolak balak bagoi para tamu yang baru datang


1. ARTI DAN JENIS BELIAN

Secara harfiah, belian sebenarnya mengandung arti berpantang/tabu (Lietn). Sehingga secara umum, belian merupakan serangkaian usaha manusia yang bertujuan untuk mencegah ferjadinya suatu musibah terhadap manusia dan lingkungan, atau membebaskan diri dari belenggu penyakit, yang selalu diakhiri dengan cara berpantangan.

Menurut kepercayaan masyarakat Dayak Tanjung Benuaq, gangguan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan, dapat terjadi dalam dalam berbagai macam bentuk dan jtingkatan. Berkaitan dengan hal itu, maka jenis belian pun terbagi dalam beberapa ragam.

Berdasarkan sifatnya, belian dapat digolongkan atas dua jenis, yaitu:
(1). Belian yang bersifat pencegahan, diantaranya: Nalitn Tautn, Makatn Juss dan Tulak Bala.
(2). Belian yang bersifat pengobatan, diantaranya: Nyamat Nyaluq, Ngayukng dan Muat Balei Banci.

Sedangkan berdasarkan tata cara penyalenggaraannya , belian dapat digolongkan menjadi beberapa ragam, yaitu:
(1). Belian Lewangan/Belian Beneq
(2). Belian Bawo
(3). Belian Sentiyu
(4). Belian Jamu
(5). Belian Ranteu

Sehubungan dengan hasil inventarisasi ini, tidak semua jenis belian yang disebutkan diatas akan diuraikan. Berkaitan dengan upaya mengenal potensi adat masyarakat Dayak Tanjung Benuaq, dalam rangka pengembangan program pariwisata dan pembangunan daerah, hanya akan diketengahkan: Belian Bawo, belian lewangan dan Nalitn Tautn yang akan diuraikan sedikit rinci.

2. BELIAN BAWO

Gelang-gelang di tangan yang menimbulkan bunyi khusus mengkuti irama gendang, merupakan ciri khas Belian Bawo (b> Bracelet-bracelet on the hand that raises special noise obeying the rhythm of drums, a hallmark of Belian Bawo)
Belian Bawo adalah belian yang menggunakan bahasa Bawo sebagai bahasa pengantar , adapun pelakunya , biasa terdiri dari pemeliatn laki-laki , tetapi dapat juga seorang wanita .

Ciri khas belian Bawo ini , lengan kiri dan kanan sang pemeliatn , masing masing mengenakan sepasang gelang perunggu yang di sebut Ketakng, sedangkan di bagian kepala mengenakan ikat kepala yang di sebut Lawukng.

Khusus bagi pemeliatn pria , tidak menegenakan baju tetapi menggunakan semacam untaian kalung dari jenis kayu obat-obatan dan taring binatang, yang di sebut Samakng Sawit . untaian kalung tersebut di selampangkan dari bahu kiri-kanan ke bawah rusuk kanan kiri.

Ciri khas lain , sang pemeliatn mengenakan sejenis rok/kun panjang sampai ke mata kaki yang di renda dengan motif tertentu yang di sebut Ulap Bawo . sedangkan di bagian pinggang di lilit seuntai kain ulap bawo, kain ini di sebut Sempilit . di atas lilitan simpilit bagian pinggang di pasang ikat pinggang khusus yang di sebut babat .

Dalam pelaksanaan upacara adat belian bawo , biasannya di lakukan melalui beberapa rangkaian kegiatan , sebagai berikut:

(1). Momaaq

Momaaq adalah suatu proses awal yang selalu harus di lalui pada setiap mengadakan belian bawo . hal itu bertujuan menjelajahi negeripara dewa , serta mengundang mereka untuk membantu dalam usaha pengobatan.

Momaaq selalu di awali dengan meniup sipukng/baluluq sebanyak tiga kali ,alat ini terbuat dari taring beruang , macan dahan , harimau . suara Sipukng tersebut berperan sebagai undangan bagi para dewa , sekaligus merupakan kode untuk di mulai nya menabuh gendang yang pertama kali (nitik tuukng).

Setelah gendang di tabuh , pemeliatn menaburkan beras yang berada dalam genggaman dengan maksud melepaskan utusan yang akan menjemput para dewa yang di undang .
Pada saat momaaq , posisi pemeliatn duduk bersila menghadap awir , yaitu daun pinang beserta dahanya yang telah di buang lidinnya dan di gantung bersama selembar kain panjang menjuntai ke bawah menyentuh tikar bagian ujungnya . awir ini berfungsi sebagai “ tangga” untuk turun atau naiknya para dewa .

(2). Jakaat
Setelah para utusan tiba di negeri para dewa , pemeliatn mulai berdiri seta berjalan mengitari awiir. Posisi ini melambangkan para dewa mulai bergerak turun untguk menghadiri undangan .
Seusai para dewa tiba di dalam rumah , pemeliatn mulai menari untuk melakonkan gerak dari masing-masing dewa yang hadir.

(3). Penik Nyituk
Bilamana sekalian (para) dewa telah mendapatkan giliran menampilkan kebolehannya dalam hal menari , mereka bias duduk dan menanyakan alas an mengapa mereka di undang .

Dalam hal ini , jawaban tuan rumah sangat bervariasi , hal mana tergantung maslah yang sedang di hadapi keluarga tersebut pada saat itu.
(4). Ngawat
Pada tahap ini dengan kembali pada posisi berdiri , pemeliatn mewakili para dewa , mulai melaksanakan perawatan terhadap orang sakit dengan menggunakan sololo.

Puncak perawatan di lakukan dari muka pintu , dalam hal ini pemeliatn mewakili para dewa di atas bumi yang mempunyai ketrampilan nyegok (menyedot) penyakit, memberikan penyapuh , yaitu semacam obat yang bertujuan menyembuhkan luka dalam .
Sementara pemeliatn pulang-pergi member perawatan , bunyi gendang harus gendang harus di percepat dengan irama Sencerep dan Kupuk tuatn . akhirnya perawatan ini di selesaikan dengan Ngasi Ngado dan Nyelolo-Nyelolani ,dengan maksud menciptakan kondisi sejuk dan nyaman serta bebeas dari cengkraman penyakit .
Dalam perawatan terakhir ini , irama dan lagu tabuhan gendang berubah dan di perlambat dengan irama yang di sebut Meramutn dan beputukng .

(5). Tangai

Pada tahap ini , pemeliatn mempersilahkan para dewa untuk kembali ke-tempatnya masing – masing , dengan terlebih dahulu di sajikan hidangan alakadar . jenis sajian sesuai dengan tingkat acara yang di selenggarakan .

(6). Engkes Juus

Engkes dalam bahasa Dayak Benuaq berarti memasukan , sedangkan Juus adalah roh/jiwa . sehingga yang di maksud dengan engkes juus adalah memasukan roh/jiwa ke dalam tempat yang seharusnya yaitu badan dari yang empunya jiwa tersebut.

Masyarakat Dayak Tunjung Benuaq berkeyakinan bahwa kehidupan setiap manusia terdiri atas badan (unuk) dan jiwa (juus-june) .
Sehingga dalam proses penyembuhan manusia yang sakit , selain di perlukan perawatan fisik melalui Bekawat, perlu juga di lakukan perawatan jiwa melalui pengamanan juus-june agar tidak terganggu oleh roh-roh jahat . adapun tempat yang aman itu dinyatakan sebagai Petiq Angetn Bulaw.

(7). Bejariiq

Bejariiq artinya berpantang , lamanya berpantang biasanya selama satu hari . selama berpantang , orang yang sakit tidak di perb olehkan keluar rumah , memakan makanan terlarang , seperti terong asam , rebung dan semua jenis hewan melata.
Selain itu ,suasana rumah harus sepi dan tidak di perkenankan menerima tamu . suasana tersebut di tandai dengan penancapan dahan dan daun kayu hidup di samping pintu masuk rumah bagian luar.

Pelanggaran atas pantangan ini adalah mengakibatkan kambuh nya penyakit dan sukar di rawat kembali. Setelah berakhirnya masa jariiq , maka seluruh rangkaian belian bawo di nyatakan selesai .

Berdasarkan pada berat ringanya masalah yang di hadapi , serta keadaan social ekonomi keluarga atau masyarakat yang menyelenggarakan , belian bawo dapat di bagi menjadi beberapa tingkatan yaitu:

i. Ngejakat

Lamanya satu hari , tanpa mengkurbankan hewan dan tidak mengalami masa jariiq.
ii. Bekawat Encaak
Lamanya minimal tiga hari , menggunakan hewan kurban berupa babi dan ayam menggunakan belei di tanah dan menjalani masa jariiq selama maksimal tiga hari.
iii. Makatn Juus
Lamanya maksimal delapan hari , hewan yang di kurbankan berupa ayam, babi atau kambing, menggunakan balei di dalam rumah dan di halaman rumah . jumlah pemeliatn minimal delapan orang dan menjalani masa jariiq maksimal empat hari
iv. Nyolukng Samat
Lamanya maksimal delapan hari , sedangkan jumlah pawing minimal delapan orang .hewan kurban terdiri dari ayam , babi , kambing, kerbau, sesuai dengan janji waktu nyamat , menggunakan balei di dalam rumah dan di luar rumah , serta menjalani masa jariiq minimal empat hari.

BELIAN LEWANGAN

Pada pelaksanaan belian lewangan digunakan bahasa lewangan sebagai bahasa pengantar. Pemeliatn terdiri dari laki-laki dan biasanya tidak mengenakan pakaian khas.

Fungsi dari belian lewangan adalah sebagai perawatan atau pencegahan penyakit terhadap manusia atau lingkungan, juga dapat sebagai upacara ucapan syukur dan dapat menjadi sarana hiburan serta pengembangan bakat seni sastra.
Ambil contoh dalam upacara perkawinan, peranan pemeliatn lewangan lebih bersifat syukuran serta pengembangan bakat seni sastra, karena pada saat tersebut, disajikan kebolehan berargumentasi melalui Perentangin, Ngelele Nancakng, Ngoteu, Bedoneq, Beganter, Temanekng dan Bimpes.

Berdasarkan berat ringannya masalah yang dihadapi serta kondisi sosial ekonomi keluarga atau masyarakat yang menyelenggarakan, maka belian lewangan dapat dibagi menjadi:

(1). Ngokoq Ngejakat
Lamanya satu hari, pemeliatn satu orang,. Tidak mempergunakan hewan kurban dan tidak menjalani masa bejariiq.

(2). Ngatakng Nibukng
Lamanya satu sampai lima hari, pemeliatn minimal satu orang. Menggunakan hewan kurban berupa ayam yang jumlahnya sesuai dengan Dasuq yang ditelusuri.
Dasuq adalah jenis penyakit, makhluk penyababnya juga cara perawatannya. Menggunakan balei sesuai dasuq serta menjalani jariiq selama satu hari.

(3). Talitn Terajah
Lamanya satu sampai dengan enam hari, jumlah pemeliatn minimal satu orang. Hewan kurban berupa ayam dan babi yang banyaknya sesuai dengan dasuq. Menggunakan balei danm Tajukng serta menjalani masa jariiiq selama tiga hari.

(4). Bekelew Bekebas
Lamanya delapan sampai dengan enam belas hari, jumlah pemeliatn minimal delapan orang, jumlah hewan kurban berupa ayam dan babi disesuaikan dengan dasuq. Menggunakan Balei Munan Rampa (langit-langit rumah) dan menjalani masa jariiq selama tiga hari.

(5). Naliatn Tautn
Lamanya delapan sampai enam belas hari, jumlah pemeliatn minimal delapan minimal delapan orang. Hewan yang dipersembahkan berupa ayam, babi dan minimal satu ekor kerbau. Menggunakan balei tautn di tanah, serta menjalani masa jeriiq selama empat hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar