I.KISAH PENCIPTAAN
Masyarakat Dayak pada umumnya memiliki pemikiran mitologis yang menegaskan bahwa mitos merupakan sesuatu kejadian yang suci atau sesuatu peristiwa yang langsung di alami oleh nenek moyang mereka, meskipun waktu terjadinya peristiwa itu tak dapat di pastikan secara historis.
Sejarah kejadian tersebut berfungsi sebagai salah satu unsur bagi norma kehidupan. Oleh sebab itu, acapkali keseluruhan mitos bagi masyarakt Dayak merupakan dasar dan n orma tingkah laku yang menerangkan arti eksistensinya sebagai manusia yang hidupnya harus terarah kepada peristiwa -peristiwa yang telah terjadi.
Sikap ketaatan semacam itu merupakan salah satu bagian hidup yang penting dalam lingkungan masyrakat Dayak. Oleh sebab itu, sebelum di uraikan beberapa adat masyarakat Tunjung Benuaq, yang berkaitan dengan daur hidup, terlebih dahulu akan di ketengahkan uraian tentang kisah penciptaan.
I.1. TERJADINYA ALAM SEMESTA
Konon, mulanya serba kosong, tak ada langit maupun bumi . Alam semesta belum lagi ada . Menurut kepercayaan masyarakat Tunjung Benuaq, sebelum terjadiya alam semesta besrta isinya , waktu itu hiduplah suatu makhluk yang di sebut Perjadiq Bantikng Langit . Makhluk ini berdiam di suatu tempat yang di sebut Batuq Diikng Dingkikng Leputukng Rangkakng Bulaw , Saikng Puncek Ewat Geler Saikng Batuq Amas.
Kemudian atas kehendaknya sendiri , Perjadiq Bantikng Langit , menciptakan beberapa makhluk lain yang di sebut , Sengkereankng Sengkerepakng, Temirukukng Urai , Ayus Junyukng , Tonoi Itak Autn , Kakah Autn .Kesemua makhluk tersebut memiliki "kesaktian" masing-masing dan berperan sebagai pembantu Perjadiq Bantikng Langit dalam proses penciptaan alam semesta beserta isinya .
Melalui pertolongan makhluk-makhluk tersebut di ciptakanlah langit dan bumi yang memerlukan waktu selama delapan hari lamanya . Pada saat langit dan bumi di ciptakan, terasa diperluklan "tenaga ahli", maka di ciptakan pula para Nayuq , di antaranya ialah :
(1). Nayuq User dan Nayuq Riwut , yang berfungsi mengendalikan arah angin dan memasang api ;
(2). Nayuq Geruhaq Tuhaq, yang berfungsi memanfaatkan angin untuk keperluan penempaan;
(3). Nayuq Katimer Nempaq Tana, yang berfungsi menempa tanah ;
(4). Nayuq Katiger Nempaq Langi, yang berfungsi menempa langit ;
(5). Para Nayuq lainya yang keseluruhannya berjumlah sembilan belas.
Peranan para Nayuq tersebut di atas , merupakan satu kesatuan utuh yang tak terpisahkan satu dengan yang lain . Seusai proses penciptaan langit dan bumi , Perjadiq Bantikng Langit menciptakan lagi beberapa Nayuq , serta memebri tugas kepada mereka yakni :
(1).Nayuq Joot Balotn Kawit , dengan tugas menjaga ufuk barat (Ollo Mate).
(2).Nayuq Joot Balotn Bulaw , dengan tugas menjaga ufuk timur (Ollo Empet)
(3).Nayuq Pepuatn Ontekng Senselci Matukg Tana, dengan tugas menjaga dan memelihara keutuhan
tanah.
(4).Nayuq Joot Malikng Guntikng, dengan tugas menjga keutuhan langit.
Kemudian dengan menggunakan sisa bahan penciptaan langit dan bumi, di bentuklah patung yang berwujud manusia . Pekerjaan itu sepenuhnya di lakukan Ayus Junyukng.
Setelah patung itu selesai di kerjakan , Ayus Junyukng berkeinginan agar patung tersebut dapat bernafas dan bergerak , untuk itu ia menghadap Perjadiq Bantikng Langit , serta memohon petunjuk untuk merealisasikan kehendaknya .
Berdasarkan petunjuk Perjadiq Bantikng Langit , maka Ayus Junyukng , memasukan roh dan nafas kehidupan ke dalam patung tersebut , tetapi karena lupa , ia membuat kekeliruan maka terjadilah makhluk jahat pertama , yamg di sebut Uwok Dirikng Langit.
Kemudian dengan bahan dan proses yang sama , Ayus Junyukng mengulangi perbuatanya, tetapi kali ini di laksanakan dengan tepat sesuai dengan petunjuk Perjadiq Bantikng Langit . Maka terjadilah manusia pertama yang di sebut Temerikukng Mulukng, manusia ini berjenis kelamin pria .
Pada saat hendak menciptakan manusia pertama berjenis kelamin wanita ,Ayus Junyukng ternyata kehabisan bahan . sehingga atas petunjuk Perjadiq Bantikng Langit , di cabutnya sebuah tulang rusuk kiri Temerikukng Mulukng dan di tanamkan di dalam tanah seraya berpesan bahwa Temerikukng Mulukng boleh memetik hasilnya setelah genap berusia delapan hari.
Satu hari tiba waktunya , Temerikukng Mulukng menjenguk tanaman tersebut dan ternyata telah berwujud seorang wanita sedang berdiri tegak di atas tanah. tanpa memeperdulikan pesan yang di titp kan , diangkatnya wanita itu seraya di kikisnya tanah yang masih melekat pada telapak kaki wanita tersebut . Tanah tersebut di namai Tana Puluq Mate, dan dari sebab itulah manusia dapat mngalami kematian .
Wanita yang oleh Temerikung Mulukng di namai Ape Bungen Tana itu tidak sempat di peristri olehnya , karena karena keburu mati dan hancur akibat tertimpa hujan.Genangan cairan jasad wanita itu di tampung dengan menggunakan Tewilukng,untuk selanjutnya di simpan pada tempat yang di sebut Petiq Angetn Bulaw.
Selang delapan hari Petiq Angetn Bulaw di buka, maka melengking lah tangis seorang bayi perempuan yang selanjutnya di beri nama , Tewilukng Uyukng , gelar Ayakng Diakng Rano .
Setelah dewasa Diak Rano menolak di peristrikan Temerikukng, dengan alasaan hubungan mereka adalah sebagai ayah dan anak. Namun atas kuasa kesaktian Temerikukng merubah dirinya , sehingga tak di kenal ,sehingga akirnya Diakng Rano berhasil di peristrikan.
Namun identitas Temerikung Mulukng, di kemudian hari terbongkar juga dan karena itu anak mereka beberapa lagi lahir cacat . Anak-anaknya cacat di antaranya di beri nama Seniang Galekng, Seniang Sahuq ( akibat perkawinan salah purus ) , Seniang Sumakng , Seniang Kepit , Seniang Posa .
Sedangkan anak - ankanya yang tidak cacat antara lain : Seniang Juma , Seniang Suraat , Seniang Besara dan beberapa Seniang lainnya yang masing-masing mempunyai peran tertentu bagi kehidupan manusia kelak.
Dari sekian banyak anak Temerikukng Mulukng , trdapat enam orang yang memiliki pengaruh khusus terhadap tata kehidupan manusia , yaitu :
(1). Jurikng Ollo, yang bertugas mengendalikan kekuasaan raja-raja, atau Mantiq Tatau.
(2). Danah Ollo, yang menjadi sumber adta istiadat .
(3). Danih Ollo, yang menjadi sumber adat Belian Lawangan.
(4). Lilir Langit, yang menjadi sumber adat Belian Bawo.
(5). Lesayo Ollo, yang menjadi sumber kekuasaan para Nayuq pendamping manusia yang ada di bumi .
(6). Punen, yang menurunkan manusia di bumi.
Anak dari Punen sangat banyak , sehingga di antaranya ada yang menjelma menjadi "hantu" , ikan, babi, rusa , buaya dan yang terakir bernama Sia, yang menurut kepercayaan masyarakat Dayak Tunjung Benuaq , merupakan nenek- moyang mereka.
Keturunan Sia, di antaranya ada yang terusir dan menjadi Mulakng , yakni sumber penyakit demam . Mulakng Tengkelimas , sumber penyakit cacar dan semua jenis penyakit perut , juata, yang merupakan sumber penyakit anak-anak,dll.
Sedangkan keturunan Sia yang berwujud manusia bernama Pebogatn yang beristrikan Pebogeq . Dari mereka menurunkan delapan orang putera yang di sebut Sengkereaq Walo, yakni : Sengkereaq Kebont , Sengkereaq Ingkih, Sengkereaq Inuh , Sengkereaq Inyut , Sengkereaq Laneq , Sengkereaq Tadaq , Sengkereaq Tadaq .
Menurut kepercayaan masyarakat Dayak Tunjung Benuaq , anak dari Pebogatn dan Pebongeq , yang bernama Sengkereaq kebont , yang yang berkesempatan menyambut Tulur Tijangkat di daerah Tanjung Bengkalang , yang konon Tulur Tijangkat berasal bukan dari dunia ini .
Suatu saat Tulur Tijangkat memeperistri Mok Mandar Bulan yang konon berasal dari sepotong bambu Betukng . Dari mereka dua lahirlah empat orang anak, yakni,:
(1). Suwalas Guna , yang menjadi cikal bakal masyarakat Tunjung dan Benuaq
(2). Nara Guna , yang menjadi cikal bakal masyarakat Dayak Bahau
(3). Jeliban Benaq , yang menjadi cikal bakal masyarakat Dayak Modang
(4). Puncan Karna , yang menjadi cikal bakal masyrakat Kutai .
KEHIDUPAN MANUSIA DI BUMI
Pada awal kehidupan manusia di bumi, sebenarnya belum mengenal adat istiadat, seperti yang di gunakan dewasa ini. Usaha mempelajari ( Tutus ) adat istiadat baru dirintis pada zaman Rajaq Kilip.
Konon pada waktu itu dengan ditemani binatang-binatang sahabatnya, seperti, Sensirak, Terantakng, Tempeko, Kangkang Kapot, Kangkang Kingkik, Tuwan, Pune dan Belempayau, Kilip berangkat naik ke langit untuk mempelajari Adet, pada anak Temerikukng yang menjadi sumber adet. Tujuan perjalanan waktu itu, mulanya hanya ingin belajar tentang adat membuat rumah.
Di tengah perjalanan mereka melihat beberapa pondok, mulai dari yang sedarhana sampai dengan yang cukup rapi. Para sahabat Kilip menganggap bahwa apa yang mereka cari sudah diperoleh. Karena itu mereka satu-persatu pulang meninggalkan Kilip yang masih meneruskan perjalanan.
Sesampainya di Jaa Nyulakng Langit, tempat nayuq Sumpikng Seri-Sumpikng Selakng bertempat tinggal, disitulah Kilip belajar tata cara membangun rumah dan lamin. Sedangkan di Telengkaq Bawotn Tatau Langit Benungkaq Kubu, Kilip mempelajari adat istiadat yang lainnya. Secara keseluruhan adat yang sempat dipelajari Kilip, antara lain:
(1). Adat membuat rumah / lamin
(2). Adat tata cara bermasyarakat
(3). Adat tentang perkawinan
(4). Adat besara / mengadili perkara
(5). Adat belian lewangan dan sejenisnya
(6). Adat belian bawo
(7). Adat tata cara membuat lading
(8). Adat tentang kelahiran
(9). Adat kematian
(10). Adat susunan martabat dan kedudukan manusia di dalam masyarakat
(11). Adat tata karma dan sopan santun
(12). Adat jariq lietn (berpantang)
Adat-adat tersebutlah yang dibawa Kilip turun dan selanjutnya dikembangkan di bumi. Sedangkan adat yang dikembangkan para sahabat Kilip, hanya terbatas pada pembuatan rumah sederhana yangb umumnya berbentuk tempat tinggal (sarang) sementara.
Berkenaan dengan maksud dan tujuan Seminar Masyarakat Dayak ini, hanya akan di ketengahkan adat masyarakat Dayak Tunjung Benuaq, yang berkaitan dengan daur hidup, yakni: adat kelahiran, adat perkawinan, adat kematian yang dilengkapi dengan adat belian, yaitu belian bawo dan belian lewangan serta nalitn tautn.
ADAT KELAHIRAN
Sejak masa kehamilan hingga kelahiran seorang anak berikut masa pertumbuhan, di kalangan masyarakat Dayak Tunjung Benuaq, dianggap sebagai bagian penting dari siklus kehidupan warga setempat.
Sehubungan dengan itu, maka masyarakat Dayak Tanjung Benuaq mengungkapkannya dalam berbagai aktivitas, diantaranya sebagai berikut:
MASA KEHAMILAN
Di kalangan masyarakat Dayak Tanjung Benuaq, kehamilan anak pertama, atau kehamilan yang mengalami gangguan, harus diadakan adat, yakni:
(1).Nentakng Tolakng Sanggar
Tujuan dari diselenggarakannya adat ini, adalah untuk memohon perlindungan pada Juata, agar melindungi ibu yang sedang hamil besrta bayi yang ada dalam kandungannya.
Si ibu yang sedang hamil dimandikan oleh seorang pemeliatn, (belian beneq), dalam posisi duduk di atas sejenis bangku yang terbuat dari bambu kuning, yang disebut Pantiq, hal itu dimaksud agar bersih dari segala ganguan roh jahat.
(2). Ngerayah
Rayah berarti sejenis kemah yang berbentuk kerucut, terbuat dari Teraratn dan disekeliling ranyah dililitkan tikar.
Ibu yang sedang hamil itu, didudukan didalam ranyah, setelah itu pemeliatn membacakan mantera dan mengelilingi ranyah dengan terlebih dahulu menyalakan api pada daun kering dari pohon tertentu (peneutan). Kemudian nyala api itu dikibas-kibaskan disekeliling ranyah, sebanyak tiga kali, dengan arah berlawanan dengan jarum jam. Upacara ini juga dimaksud untuk mengusir roh-roh jahat pengganggu.
(3). Bekuyakng
Pada upacara ini pemeliatn berperan sebagai juata, tonoi, pujut dan kuyakng, dengan menggunakan sarana daun selolo (daun pisang yang dirobek halus), kemudian disapukan pada tubuh ibu yang sedang hamil, yang dimaksudkan untuk membersihkan jika masih ada gangguan yang tersisa.
KELAHIRAN
Menurut tradisi di kalangan masyarakat Dayak Tanjung Benuaq, pada saat melahirkan biasanya diadakan upacara memukul gendang/gimar dan kelentangan dalam nada khusus yang disebut Domaq. Hal itu dimaksud agar proses kelahiran dapat berjalan dengan lancer dan selamat.
Setalah bayi lahir, tali pusar dipotong dengan menggunakan sembilu sebatas ukuran lutut si bayi dan kemudian diikat dengan benang dan diberi ramuan obat tradisional, seperti air kunyit dan gambir. Alas yang digunakan untuk memotong tali pusar, idealnya diatas uang logam perak atau bila tidak ada adapat diganti dengan sepotong gabus yang bersih.
Langkah berikutnya bayi dimandikan, setelah bersih dimasukkan kedalam Tanggok/Siuur yang telah dilapisi dengan daun biruq di bagian bawah. Sedangkan di bagian atas, dilapisi daun pisang yang telah di panasi dengan api agar steril.
Kemudian bayi yang telah dimasukan dalam Siuur itu, dibawa kesetiap sudut ruangan rumah, sambil meninggalkan potongan-potongan tongkol pisang yang telah disiapkan pada setiap ruangan tadi. Hal Itu dimaksudkan agarsetiap makhluk pengganggu tertipu oleh ppotongan tongkol pisang itu sebagai silih berganti.
Setelah itu, bayi tersebut dibawa kembali ke tempat tidur semula, kemudian disekeliling bayi dihentakan sebuah tabung yang terbuat dari bambu berisi air, yang disebut Tolakng, sebanyak delapan kali, dengan tujuan agar si bayi tidak tuli atau bisu nantinya.
Setelah mencapai usia empat puluh hari, diadakan upacara Ngareu Pusokng, atau Ngerayah dalam bentuk upacara Belian Beneq, selama dua hari. Hal itu dimaksud untuk membayar hajat, sekaligus mendoakan agar si bayi sehat dan cerdas, serta berguna bagi keluarga dan masyaraka. Pada upacara ini juga merupakan awal dari diperbolehkannya si bayi di masukan dan ditidurkan dalam ayunan ( Lepas Pati ).
Sebelum bayi berumur dua tahun, diadakan upacara permandian atau turun mandi di sungai untuk yang pertama kalinya. Padaupacara ini tetap dipergunakan Belian Beneq, selama satu hari, dengan maksud memperkenalkan si adak kepada dewa penguasa air yaitu Juata, agar kelak tidak terjadi bahaya atas kegiatan anak tersebut yang berkaitan dengan air (Nyengkokng Ngeragaq).
ADAT PERKAWINAN
Seperti halnya dengan masyarakat lain di Indonesia, saat peralihan yang penting dalam lingkaran hidup Masyarakat Dayak Tanjung Benuaq adalah perkawinan.
Dalam kalangan masyarakat Dayak Tanjung Benuaq, pelaksanaan upacara adat perkawinan mengungkapkan kejelasan tentang adanya peranan individu yang sekaligus menggambarkan adanya suatu organisasi social dari warga masyarakat setempat.
Sehingga dapat dikatakan bahwa komunitas terkecil pada masyarakat Dayak Tanjung Benuaq, yaitu keluarga sangat memegang peranan penting sebagai “kendali” utama dalam pelaksanaan upacara adat perkawinan tersebut.
TUJUAN DAN PRASYARAT PERKAWINAN
Secara umum tujuan perkawinan dapat di rumuskan sebagai suatu usaha untuk mendapatkan keturunan dan mendapatkan tenaga kerja tambahan dalm keluarga tersebut.
Sedangkan secara khusus dapat di rumuskan sebagai suatu usaha untuk memelihara hubungan baik dengan keluarga yang sudah agak jauh serta memelihara harta warisan, agar tetap berada dalam lingkungan keluarga. Hal tersebut dengan catatan bahwa kedua –belah pihak masih satu suku, dalam konteks ini diistilahkan dengan perkawinan endogem.
Pada konteks perkawinan eksogam, perkawinan dimaksud sebagai suatu usaha memperluas kekeluargaan, sehingga terjalian kekerabatan dengan suku atau kampong lain.
Dalam perkembangan selanjutnya yang dipengaruhi oleh interaksi social secara aktif, membawa kecenderungan perkawinan eksogam banyak terjadi di kalangan masyarakat Dayak Tanjung Benuaq. Hal tersebut sekaligus menunjukan adanya keterbukaan dalam nilai orientasi budaya yang semakin positif.
Peraturan yang diberlakukan di kalangan masyarakat Dayak Tanjung Benuaq, pada waktu dulu, menyangkut masalah perkawinan sangatlah ketat, khususnya dalam prasyarat tertentu yang harus dipenuhi oleh kedua calon yang hendak melangsungkan perkawinan.
Factor keturunan merupakan salah satu syarat utama pada zaman dulu . hal itu berkaitan erat dangan adanya strata social di kalangan masyarakatTanjung Benuaq. Perkawinan yang ideal adalah dari lapisan sosial yang sederajat (pada zaman dulu).
Di kalangan masyarakat Dayak Tanjung Benuaq, seseorang telah mencapai usi perkawinan bila:
(1). Bagi Pria
Giginya telah diasah dan terampil membuat peralatan rumah tangga seperti kipas, berangka, gawakng, sarung parang, dan lain-lain. Disamping itu harus berani berburu sendiri. Memanjat madu membuat lading sendiri.
(2). Bagi Wanita
Rambutnya telah dapat disanggul; dan trampil dalam mengerjakan tugas dapur , menenun, menjahit, menumbuk padi, menebur benih di lading, memelihara ternak dan tidak memiliki sifat Jaukng Jongokng, atau seorang yang berlama-lama bila mandi atau mencuci di tapian.
MELAMAR
Dikalangan nasyarakat Dayak Tanjung Benuaq, pria dan wanita mempunyai hak yang sama untuk melamar dan dilamar. Penyampaian lamaran dapat dilakukan langsung oleh keluarga pelamar, tetapi dapat juga disampaikan melalui perantara (Lalakng).
Jika menggunakan lalakng, maka kelurga pelamar harus membayarnya dengan sebuah tombak (Tungket Lalakng), yang mengandung simbolisasi agar si perantara jangan terpeleset di selama perjalanan, sekaligus sebagai pertanda bahwa ia adalah utusan resmi pihak pelamar.
Bila pihak pria yang melakukan lamaran, biasanya dilengkapi dengan:
(1). Satu buah piring putih polos bersih, yang melambangkan ke murnian dan ketulusan hati.
(2). Satu lembar ulap (pakaian bawah wanita), yang melambangkan kesanggupan pihak pri untuk melindungi
(3). Satu lembar baju yang melambangkan kesetiaan dan kesanggupan kerja sama.
(4). Satu untai kalung manic Kerokngkokng, yang melambangkan kesanggupan memberikan kebahagiaan.
(5). Satu lembar Illee/tenunan semacam batik, yang melambangkan kesanggupan pihak pria menerima dan melindungi semua anggota keluarga pihak wanita.
(6). Satu buah cincin yang melambangkan kesetiaan tanpa akhir.
(7). Satu bilah lading yang melambangkan keberanian untuk menegakkan kebenaran dan keadilan.
(8). Satu pasang anting-anting (Sepulakng), yang melambangkan kebesaran hati sang pelamar.
Sedangkan bila pihak wanita yang melaksanakan lamaran, biasanya dilengkapi dengan:
(1). Satu buah mangkuk putih polos bersih
(2). Satu lembar belet/cancut
(3). Satu lembar baju
(4). Satu buah cincin
(5). Satu buah sarang lengkap dengan sarungnya
(6). Satu untai manik kuno
(7). Satu lembnar kain ikat kepala berwarna cerah, tetapi tidak berwarna putih
(8). Satu buah tombak tua (Lumpes)
Di Kal;angan masyarak Dayak Tanjung Benuaq, batas waktu untuk menerima atau menolak suatu lamaran, ditentukan oleh kesepakatan kedua belah pihak, sebagai hasil dialog ketika pelamar menyampaikan lamarannya.
Bila lamaran ditolak, semua barang perlengkapan lamaran harus dikembalikan dengan disertai dua sampai lima buah antang sebagai tanda permintaan maaf atas penolakan tersebut.
Sedangkan bila lamaran diterima, biasanya kedua belah pihak lalu merundingkan dimana serta tingkat upacara apa perkawinan tersebut hendak dilangsungkan.
TINGKATAN UPACARA PERKAWINAN
Dalam kalangan masyarakat Dayak Tanjung Benuaq, dikenal adanya dua tingkatan (macam) dari upacara adat perkawinan, yaitu:
(1). Bosikng berurukng
Dalam tingkat ini, upacara adat perkawinan hanya dihadiri anggota keluarga kedua belah pihak dengan disaksikan seorang kelapa adat dan upacaranya dilangsungkan secara sederhana, selama satu hari.
(2). Botuk Natar Puncak Saikng Maa Poga Tana Enas
Dalam tingkat ini, upacara perkawinan dilaksanakan secara meriah dengan dihadiri banyak orang, serta diselenggarakan dalam tata cara yang lengkap.
Selain itu, dalam tingkat ini, upacara perkawinan terlihat lebih sacral, karena dilaksanakan di bawah pimpinan seorang pemeliatn (belian lewangan). Sedangkan tahapan dari upacara tingktat ini adalah:
2.1. Pesengket Nayuq
Tujuannya agar para nayuq pengiring kedua mempelai yang bertemparamen tinggi pulang ke tempat asalnya, sehingga upacara perkawinan dapat berjalan lancer serta penuh kedamaian.
2.2.Tota Torou
Pada upacara ini, kedua mempelai di mandikan dengan sarana campuran air sungai, air rotan, air akar, air telaga, bunga pangir dan air kelaapa muda. Posisi memoelai duduk di atas Pantiq Agukng, menghadap arah matahari terbit. Hal itu dimaksud agar kedua mempelai bersih dari segala noda sehingga kelak dapat membina hidup baru penuh kebahagiaan.
2.3. Ngekas Ompokng
Opokng adalah sebuah bangunan smentara yang terdiri dari delapan bilik, serta diisi dengan hiasan berbagai jenis barang antik dan makanan berupa lemang dan tumpi.
Ngekas Ompokng berarti membongkar ompokng yang disertai dengan adu debat argumentasi antara wakil kedua mempelai yang diungkapkan dalam bentuk pantun, yang disebut perentangin.
2.4. Engket kengkuni
Kengkuni adalah sebatang pohon Nancang lengkap dengan dahan dan daunnya, kulitnya dikupas serta dilumuri dengan minyak, ditanam tegak lurus di atas tanah dan di pangkalnya terdapat kandang kecil berisi seekor babi hidup, sedangkan di atasnya digantungkan berbagai jenis barang dan makanan yang menggiurkan hati para pemanjat untuk memperolehnya.
Upaca ini dimulai dengan adu argumentasi di pangkal kekuni (Ngelele Nancakng), dilanjutkan dengan memanjat kengkuni, memotong dan membersihkan babi.
Upacara Engket Engkuni dan juga Ngekas ompokng, mempunyai tujuan sebagai ungkapan rasa suka cita dan selamat datang pada para tamu yang penuh kesudian menghadiri upacara perkawinan tersebut.
2.5. Membawa Mempelai Masuk Ke Dalam Rumah
Sebelum masuk ke dalam rumah, kedua mempelai dipersiapan dipersilakan menginjakan kaki mereka, mulai dari kaki kiri kemudian kanan, diatas seekor babi yang telah dipersiapkan disamping pintu masuk.
Pada saat itu pemelitn pembacakan mantera yang isinya memohon keselamatan bagi kedua mempelai agar dapat memasuki rumah serta dapat mengikuti rangkaian upacara yang akan di selengggarakan di dalam rumah.
2.6. Pejeak Petaker
Upacara ini mengandung arti pembersihan sekaligus permohonan doa agar perkawinan dapat utuh lestari hingga akhir hayat, murah rejeki dan terhindar dari mara bahaya.
Dalam upacara ini, kedua mempelai duduk diatas satu buah gong besar, kedua belah kaki menginjak sebongkah batu dan sepotong besi yang melambangkan kesetiaan tak tergoyahkan.
2.7. Naper
Masih dalam keadaan posisi duduk di atas gong, pemeliatn menyuapi kedua mempelai, mula-mula lemang, tumpi, ayam panggang, lalu di lanjutkan dengan makanan lainnya. Selanjutnya kedua mempelai dipersilahkan makan bersama.
2.8. Matuk Ngajer
Ngatuk Majer berarti pemberian petuah dan atau hikmah perkawinan, dimana secara bergilir akan di sampaikan oleh wali masing-masing mempelai. Juga para sesepuh kampung dan paling akhir kepala adat yang telah ditunjuk sebelumnya.
Pada kesempatan itu, semua anggota keluarga dari pihak pria maupun wanita diperkenalkan kepada kedua mempelai. Hal itu dimaksud agar kedua mempelai dapat membawa dan menempatkan diri ditenggah anggota keluarga sebagai mana layaknya.pada umumnya, kesempatan seperti itu juga digunakan untuk menyerahkan beberapa benda yang melambanggkan:
(i). Asekng sengat
Maksudnya tanda pengakuan setia dari pihak pria kepada pihak keluarga wanita. Hal itu terjadi bila mempelai laki-laki bukan kerabat dan warga kampung setempat, atau kesetiannya masih di ragukan.
(ii). Siret Berkas Tanaq Turus
Maksudnya pemberian tanda berupa barang seperti piring putih, guci, tombak, Mandau, dll sebagai lambang bahwa keluarga kedua mempelai adalah satu adanya.
(iii). Lumah Pengingat Tanaq Tuhaq
Lumah pengingat berupa sebuah piring putih polos, yang diberikan oleh wali kedu mempelai kepada beberapa tetua kampung termasuk kepala adat. Hal itu dimaksud agar kedua mempelai selalu setia dengan janji perkawinan mereka.
Menurut hemat penulis, upacara adat perkawinan masyarakat Dayak Tunjung Benuaq, mempunyai nilai potensi untuk dikembangkan sebagai salah satu “komoditi” pariwisata.
Selain dari pada itu, juga bermakna sebagai salah satu usaha dokumentasi kekayaan budaya lokal, dalam menunjang pembangunan daerah, khususnya di wilayah kabupaten Kutai.
ADAT KEMATIAN
Menurut kepercayaan masyarakat Dayak Tanjung Benuaq, kematian merupakan suatu peristiwa keluarnya roh kehidupan (Juus) yang meninggalkan tubuh (unuk), untuk selanjutnya “mengembara” di alam bebas , sampai ditempat pemakaman terakhir.
Juus yang telah meninggalkan Unuk berubah nama dan disebut Liyau dan Kelelungan. Di kalangan masyarakat Dayak Tanjung Benuaq, Liyau dianggap sebagai roh tenaga yang berasal dari anggota badan di bawah kepala. Dalam kehidupan sehari–hari, Lyau sangat tabu untuk disebutkan, karena ia ceenderung bersifat pengganggu.
Sedangkan kelelungan dianggap sebagai roh fikiran atau rasio, yang berasal dari anggota badan bagian kepala. Kelelungan cenderung bersifat baik bahkan dapat menjadi perantara manusia dalam mengadakan hubungan dengan Nayuq Timang.
Tempat persemayaman terakhir antara Liyau dan Kelulungan juga berbeda. Liyau bersemayaman pada suatu tempat di bumi yang di sebut Lumut Piyuyutn , sedangkan kelelungan menempati suatu tempat di sebut Tenukng Tenangkai Solai sebagai peristirahatn pertama , kemudian menuju ke Teluyetn Tangkir Langit , sebagai peristirahatan terakhir .
Menurut kepercayaan masyarakat Dayak Tunjung Benuaq , keturunan Temeri kukng Mulukng dengan Diakng Rano yang telah beranak – pinak , mereka hidup dalam
Tempat persemayaman terakhir antara liyau dan kelelungan juga berbeda. Liyau bersemayam pada suatu tempat di bumi yang disebutb Lumut Piyuyatn, sedangkan kelelungan menempati suatu tempat yang disebut Tenukng Tenangkai Solai sebagai peristirahatan pertama, kemudian menuju ke Teluytn Tangkir Langit, sebagai peristirahatan terakhir.
Menurut kepercayaan msyarakat Dayak Tanjung Benuaq, keturunan Terameri kukng Mulukng dengan Diakng Rano yang telah beranak pinak, meka hidup dalam keadaan baqa, tak pernah mati, karena memang belum ada kematian pada waktu itu.
Asal usul tentang kematian memang terdapat “kisah” tersendiri, namun pada inventarisasi ini hyang akan diketenaghkan hanyalah soal asal-usul dari adat kematian, berikut upacara lainnya yang berkaitan dalam hal itu.
ASAL USUL ADAT KEMATIAN
Tersebutlah pada suatu zaman , dimana hidup suatu keluarga kecil bernama Datu dan Dara yang bertempat tinggal di daerah yang di sebut Tenukng Mengkelokop. Mereka mempunyai anak laki-laki bernama Kilip.
Kehidupan manusia sehari hari mereka lewati dengan berladang hingga lanjut usia Datu serta Dara pun akhirnya meninggal dunia . Kilip menjadi bingung atas kematian kedua – orang tuanya itu, terlebih karena ia tidak tahu bagaimana seharusnya mengadakan upacara kematian bagi kedua orang tuanya .
Melihat kenyataan yang demikian lalu KILIP mengambil kulit kayu ( Barutn ) yang di gunakannya sebagai kain kafan, kemudian di bungkus nya mayat kedua orang tuanya itu dengan Barutn. Lalu di letakan nya di dekat bungkusan mayat . Lalu di letakan di atas tujuh potong bambu yang di taruh di bawah pohon bambu .
Setelah itu di masaknya beras ketan dan beras biasa , masing-masing di buat dalam bentuk tujuh gumpalan dan kemudian ia membakar tujuh ekor ikan sebagai pelengkap. Gumpalan nasi dan ikan itu di letakan nya di dekat bungkusan mayat . lalu Kilip pergi ke gunung lumut, lantaran ia percya bahwa roh orang mati akan bersemayam di situ .
Di dekat tepian lumut , Kilip melihat asap , lalu iapun mendekat dan dia melihat kedua orang tuanya berada di san . lalu tak lama kemudian Kilip berkata : “ Mengapa ayah dan ibu tinggal di situ ? ”.
Akan tetapi roh kedua orang tuanya seperti tidak mendengar , malah sang ayah justru berkata , seperti kepada dirinya sendiri , “kasihan Kilip tidak tahu tata cara menguburkan orang mati “.
Seharusnya setiap orang mati di buatkan Lungun . di adakan penyembelihan babi dan ayam sebagai kurban , di buatkan anyaman bambu untuk makanan orang mati dan tempat air dari bambu untuk minuman . sayap ayam dan rahang babi harus di saqmpirkan pada anyaman bambu . upacara itulah yang di namai Permpm Api.
Setelah itulah Kilip segera pulang untuk membuat upacara kematian . mayat kedua orang tuanya di ambil dan di tempatkan di lungun , kemudian di masukan ke dalam gerey ( rumah kecil untuk lungun ), kemudian Kilip kembali pergi ke gunung Lumut .
Di lumut roh kedua orang tuannya menganjurkan Kilip membuat upacara Kenyeu . setibanya di Tenukng Mengkelokop , Kilip melaksanakan upacara tersebut selama Sembilan hari Sembilan malam. Beberapa ekor babi, ayam dan beras ketan serta beras biasa , di masak sebagaimanaseharusnya memasak untuk Liyau.
Upacara puncak dari tata cara adat kematian yang harus di buat Kilip adalah Kewangkey , di mana tulang –tulang kedua orang tuanya di ambil dari lungun , kemudian di masukan kedalam Tempelaaq, dengan di sertai kurban berupa beberapa masakan dari beras di dalam kuali dan bambu , babi, ayam dan kerbau.
Sesuai mengadakan upacara adat itu, Kilip pergi lagi menuju ke gunung lumut , namun ia tak lagi menemukan Liyau kedua orang tuanya . maka iapun terus berjalan ke puncak gunung , hingga sampai di sebuah tempat di namakan Usuk Bawo Ngeno . di situ ia melihat lou ( rumah panjang) , yang penuh ukiran indah dan segala macam kurban yang telah ia persembahkan semuanya ada di situ. Kehidupan liyau di Usuk Bawo Ngeno penuh kemakmuran abadi.
Dari kediaman abadi di Usuk Bawo Ngeno , Liyau kedua orang tuanya berpesan pada kilip ,”lakukan lah upacara adat kematian seperti yang kau lakuakan itu . sebab jika Kehidupan Liyau sejahtera maka kehidupan anak cucu yang ditinggal mati juga akan berkecukupan dan sejahtera di dunia. Lantaran roh leluhur kehidupan baik , maka kehidupan manusia di dunia senantiasa baik”.
Sejak itulah upacara adat kematian terus di adakan hingga saat ini oleh kalangan masyarakat Dyak Tunjung Benuaq .
PENANGANAN PERTAMA ATAS KEMATIAN
Dalam kalangan masyarakat Dayak Tunjung Benuaq , bila ada bunyi Ketetawaq , merupakan suatu pertanda bahwa salah satu warga desa sedang dalam keadaan sakit parah.
Bila ternyata orang yang sedang sakit parah tak tertolong ( mati ) , maka suasana berkabung itu di tandai dengan pukulan tambur yang di sebut Neruak , yang di ikuti dengan pukulan gong yang di palu satu-satu yang di sebut Titii .
Bunyi titii itulah merupakan pertanda bahwa ada salah satu warga dari desa yang di huni masyarakat Dayak Tunjung Benuaq meninggal dunia . seperti petunjuk di turunkan oleh para leluhur, maka warga setempat akan mengadakan upacara adat kematian selengkap – lengkapnnya agar roh si mati mendapat kesalamatan dan kebahagiaan .
Biasanya pada saat jenazah di mandikan , para warga lainnya menebang pohon untuk kemudian di buatkan peti jenasah di sebut lungun . jenasah yang telah di8 mandikan itu , selanjutnya benatik dengan arah ayam jantan berbulum merah dan arang rotan yang telah di bakar .
Patik tersebut merupakan pakaian kebesaran para liyau –kelulungan , dengan maksud agar mereka mudah menyesuaikan diri dan menyatu dengan liyau-kelulungan yang telah mendahuluinya .
Setelah patik selesai di kerjakan, kemudian mayat di bungkus dengan kain kafan sebanyak tujuh lapis, yang bagian luarnya harus berwarna putih , diaikat dengan tujuh ikatan mulai dari leher hingga kaki.
Upacara itu di namai Munngkutn, sedangkan mayat telah terbungkus di sebut osekng . lalu mayat itu di baring kan dengan posisi kepala menghadap matahari timbul dan kaki kea rah matahari terbenam . pada saat itu biasanya kaum wanita mulai menangisi si mati secara bersama, yang dalam bahasa Dayak Benuaq di sebut Ngerarikng.
Setelah semuanya selesai di kerjakan , maka masyarakat setempat mulai mempersiapkan lungun .hari pembuatan lungun biasanya di sebut Olo Entakng.kemudian mayat di masukan dalam lungun , lalu lungun tersebut di ikat dengan rotan dan di beri tutup dari kain serta di gantungkan di atas peralatan yang di namakan Pesilo.
Guna dari pesilo adalah untuk menggantungkan pakaian dan piring berikut perlengkapan lain yang di perlukan sebagai bekal dalam melakukan” perjalanan “ menuju lumut.
Di dekat lungun di dirikan sumpit dan kain merah sebagai tempat untuk liyau leluhur menjemput liyau baru, yang dalam bahasa dayak Benuaq di sebut Nempuk Liyau Kelulungan . pada saat itu , tak henti- hentinnya gong di bunyikan sebagai tanda duka cita , dan setelah itu para anggota keluarga mulai Berinuuk ( musyawarah ) untuk menentukan pelaksanaan upacra selanjutnya . dalam kalangan masyarakat Dayak Tunjung Benuaq , di kenal tiga tingkatan upacara kematian , yaitu Parrepm Api , Kenyeu dan Kewangkai.
PREPM API
Parepn api menurut keprcyaan masyarakat Dayak Tunjung Benuaq , merupakan suatu upacara pelepasan secara resmi keberangkatan liyau menuju lumut dan kelulungan menuju teleyutn langit . sedangkan tahpan upacara tersebut adalah :
(1). Tunang Wara
Wara adalah sejenis syair yangt khusus di gunakan pada upacara kematian, sedangkan orang yang memebawakan lagu dan syair itu di sebut Pengewara.
Tunang Wara merupakan awal dari upacara Perepm Api , dalam kesempatan ini pengewara meriwayatkan asal –usul terjadinya kemenyan ,serta memanggil Lolakng Luwikng untuk mendampingi pengewara dalam melaksanakan proses upacara selanjutnya .
Pada malam tunang ini juga di kumandangkan Domeq untuk pertama kalinya , sedangkan peralatan domeq terdiri dari : satu buah gimer ( gendang pendek ) , seperangkat kelentangan dan tujuh gong.
(2). Encoi Talitn Paket
Encoi Talitn Paket di maksud sebagai sejenis pengiriman undangan kepada para liyau dan kelulungan , agar dapat mempersiapkan diri untuk menghadiri upacara Parepm Api.
(3). Entokng Liyau dan kelelungan
Upacara ini merupakan rangkaian acara penjemputanpara liyau dari lumut dan kelulungan dari Tenukng Tenangkai solai ( bagi kelulungan yang baru meninggal ) dan Teleyutn Tangkir Lngit bagi kelulungan yang meninggal lebih dahulu . kesemuanya itu di maksud agar mereka dapat menghadiri upacara Perepm Api keesokan harinya .
(4). Parepm Api
Jika yang baru meninggal berjenis kelamin laki laki , maka parepm api di adakan tepat pada hari ke tujuh di hitung sejak osekng di masukan ke dalam lungun. Sedanglan bila meninggal perempuan, maka upacara ini di langsungkan tepat pada hari ke enam .
Menurut kepercayaan masyarakat Dayak Tunjung Benuaq , liyau dan kelulungan laki – laki terlambat satu hari tibanya di lumut di bandingkan dengan perempuan , hal itu di sebabkan tulang rusuk laki-laki tidak lengkap di bagian kiri.
Pada upacara ini , liyau di jamu sebanyak tujuh kali ,sedang kan kelulungan di jamu sebanyak delapan kali dalam sehari. Jamuan yang di hidangkan bagi liyau di sebut Pemalaa ,di hidangkan di dalam anyaman bamboo yang di sebut Kelangkakng.
Setelah selesai di hidangkan , pemalaa harus segera di buang agar tidak sempat terjamah oleh anak-anak, karena hal itu di percayai dapat mendatangkan mara bahaya apabila di santap manusia
Hidangan bagi kelulungan terdiri dari makanan bersih yang di sajikan dalam piring dan mangkuk yang bersih pula dan di taruh di atas Peer ( sejenis Loyang) , setelah selesai di hidangkan makanan ini dapat di santap manusia yang berkenan.
(5). Encoi Liyau dan Kelulungan
Upacara ini di lakukan pada malam hari dan memerlukan waktu semalam suntuk . pada tahapan ini , liyau kembali di antar ke lumut dan kelulungan ke teleyutn tangkir langit . bila bila upacara encoi liyau dan kelulungan telah usai , maka rangkaian upacara parepm api di nyatakan selesai, yang kemudian di selenggarakan upacara kematian ke tingkat yang lebih tinggi.
KENYEU
Upacara adat kematian pada tingkat ini, biasanya dilaksanakan setiap Sembilan hari Sembilan malam. Meski demikian upacara ini bukan merupakan suatu kewajiban, artinya boleh tidak dilaksanakan dengan alas an-alasan tertentu (factor ekonomi).
Bila pada upacara perepm api, liyau dan kelelungan diandaikan menempati suatu pondok sederhana, maka pada tahap kenyeu, merupakan suatu bahkati usaha agar mereka menempati suatu rumah yang lebih layak. Tahap dari pelaksanaan upacara kenyeu adalah seperti yang diuraikan dibawah ini.
(1). Pembuatan Lungan Tinaq
Langkah awal upacara Kenyeu adalah pembuatan lungun kedua yang disebut Selokng atau Lungun Tinaq, yang biasanya dibuat dari kayu gabus.
Selokng diukur serta dilengkapi dengan patung kepala dan ekor naga pada ujung kepala dan kaki jenasah. Sedangkan Lungun Tinaq diukur dengan motif kematian dan tidak dilengkapi dengan patung naga. Setelah itu, lungun (pertama) yang berisi jenasah dimasukkan kedalam selokng atau Lungun Tinaq tersebut.
(2). Tunang Domeq
Pada tahap ini warna dimulai, yakni memanggil Lolakng Luwikng serta pengikutnya yang kemudian dilanjutkan dengan meriwayatkan kisah terjadinya langit dan bumi.
Bersamaan dengan dimulainya wara, maka domeq untuk pertama kalinya dikumandangkan. Peralataan domeq tersebut terdiri dari, tiuag buah Perahiiq yang disandarkan menyudut, delapan buah gong dan seperangkat kelentangan.
Domeq ini dibunyikan agak lebih lama bila dibandingkan dengan domeq pada saat Parepm Api, waktunya sebanyak tiga kali pada pagi hari dan senja hari.
(3). Netek Balotn Biyoykng
Biyoyakng adalah sejenis umbul-umbul terbuat dari kulit kayu Jomooq dan kain. Sedangkan khusus untuk pengewara (wara kepala), harus berwarna putih dan merah. Kain tersebut diikatkan pada Balar Buke (anyaman rotan yang berbentuk cincin) seukuran kepala manusia.
Pada tahap ini diambil acara Ngerangkau, yaitu suatu tarian khusus dalam upacara kematian. Setiap kali melakukan upacara ini harus mengenakan Biyoyakng pada kepala dan baju khusus yang disebut Angkakng Kaooq, yaitu baju berwarna putih dan tudak berlengan. Tarian ini dimaksud untuk mendoakan agar arwah yang telah mendahului dapat bersemayam dengan penuh ketenangan di lumut dan teluyetn tangkir langit.
(4). Muat Belontokng
Belontakng adalah patung yang diukir berbentuk manusia dan didirikan menghadap matahari terbenam. Patung ini terbuat dari kayu Ulin dan berfungsi untuk menambatkan Kerbau (fisik). Selain itu secara filosofia bermakna sebagai penggembala kerbau yang akan dipersembahkan sebagai sarana menuju Tenukng Kerohukng.
(5). Encoi Talitn Paket
Upacara ini dimaksud sebagai undangan bagi liyau dan kelelungan agar mereka dapat mempersiapkan diri untuk menghadiri acara puncak dari adat kematian, yaitu pemotongan kerbau.
(6). Entokng Kelelungan
Dalam upacara ini, pengewara menjemput kelelungan dari Teluytn Tangkir Langit. Acara ini dilaksanakan malam hari. Keesokan harinya dilaksanakan acara Pekili Kelelungan yaitu acara penyambutan didalam rumah yang disusul dengan perjamuan (Petunuq Okatn) yang kemudian dilanjutkan dengan Ngerangkau.
(7). Entokng Liyau
Malam berikutnya pengewara menjemput liyau dari lumut dengan tujuan yang sama seperti penjemputan kelelungan. Keesokan harinya dil;aksanakan upacara Nyengkuwai Liyau yaitu penyambutan liyau yang disusul dengan acara adau ayam (Saukng Piak liyau), selanjutnya liyau naik kedalam rumah untuk menerima perjamuan.
(8). Ukai Solai
Apa yang dimaksud dengan Ukai Solai adalah acara puncak dalam hal ini adalah acara pemotongan kerbau. Seusai menerima perjamuan pertama, liyau bersama kelelungan turun kelapangan untuk melakukan upacara pemotongan kerbau.
Kerbau yang akan dipersembahkan, sejak pagi sudah ditambatkan pada sebuah belontakng dengan menggunakan tujuh utas rotan sega yang disebut selampit.
Sebelum kerbau dikurbankan, terlebih dahulu pengewara membacakan riwayat asal-usul terjadinya kerbau dengan maksud agar sang kerbau tidak merasa disiksa, malahan justru mendapat kehormatan, karena atas pengorbanannya liyau dan kelelungan mendapat tempat yang layak dan terhormat.
(9). Encoi liyau dan Kelelungan
Setelah selesai pemotongan kerbau, maka pada malam harinya liyau dan kelelungan dihantar pulang. Sebelum berangkat para kelelungan berpesan kepada kaum kerabat agar senantiasa hidup secara jujur ,saleh ,saling menghormati dan mengasihi serta berhati hati dalam tingkah dan perbuatan.
Kelelungan di antar ke teleyutn tangkir langit , yakni suatu tempat keabadian di atas langit . setelah itu pengewara menghantar liyau ke lumut piyuyatn, suatu tempat yang berada di bumi .
Bersamaan dengan berakirnya upacara ini maka upacara kenyeu di anggap selesai.
(10). Ngului Bangkei
Setelah upacara kenyeu selesai , terdapat beberapa alternative tindakan dari fihak keluarga terhadap jenasah, yaitu pertama , kotak jenasah di turunkan dari rumah untuk selanjutnya di makamkan pada suatu tempat sederhana , di sebut taloh.
Kedua , kotak jenasah di turunkan untuk kemudian di simpan dalam rumah kecil yang disebut Gerei, yakni rumah yang di bangun khusus dengan ukuran tepat sesuai dengan ukuran kotak jenasah termaksud.
Ketiga , kotak jenasah di simpan dalam bilik tersendiri di dalam rumah tempat tinggal keluarga yang bersangkutan.
IV.5. KEWANGKEI
Upacara adat kematian kewangkai , biasannya di laksanakan minimal dua tahun sesudah upacara kenyeu . hal itu di maksud agar tulang belulang yang ada mudah di kumpulkan untuk di bersihkan.
Tujuan utama upacara kewangkei adalah mengusahakan agar para ahli liyau dan kelelungan dapat memperoleh tempat yang lebih kokoh , indah dan nyaman ( Reminin Lou Ukir Remiyap Lou Surat ).
Sedangkan tujuan yang lain yakni agar para ahli kelelungan menjadi cerdik-pandai dan cerdas serta bijaksana , sehingga bila di perlukan dapat menjadi perantara manusia untuk berhubungan dengan Nayuq Timang.
Upacara adat kewangkei dapat di laksanakan secara perorangan , namun pada umunya di laksanakan secara sempeket ( gotong royong ) bailk tenaga maupun biaya . sedangkan tahapan upacara kewangkai adalah seperti yang di uraikan di bawah ini.
(1). Tunang Wara
Pada tahap awal ini , pengewara cukup sebanyak dua orang , tetapi untuk selanjutnya minimal harus sebanyak tujuh orang . Tunang Wara di awali dengan domeq sebanyak tujuh kali yang bertujuan agar desa sekitar mengetahui bahwa upacara kewangkai telah di mulai.
Peralatan domeq sama dengan pada saat kenyeu hanya dalam upacara ini harus di tambah, tiga gong pengiring ( suketn) satu pasang sompekng dan satu buah tarai . kegiatan pengewara pada tahap ini sama dengan yang di lakukan pada saat mengawali upacra kenyeu.
Perlu di ketahui bahwa kalangan masyarakat dayak Tunjung Benuaq , berkaitan dengan upacra adat kewangkei , di kenal dengan dua varian yaitu wara dan sentangih . namun karena ketrbatasan waktu uraian ini berdasarkan versi Wara yang dalam hal tertentu terdapat banyak kesamaan dan setangih.
(2). Pesengket Aning Tulakng
Begitu tuning wara di mulai , petugas khusus bekerja untuk membongkar peti mayat serta mengumpulkan tulang-belulang . tulang tengkorak di bungkus dengan kain merah , sedangkan tulang yang lain di bungkus dengan kain putih. Kedua bungkusan itu di masukan ke dalam guci, kemudian di bawa pulang dan di taruh di dalam sadai , yakni tempat sementara yang berada di dalam rumah .
Pada tahap ini selanjutnya guci yang berisi tulang belulang itu di bawa naik ke dalam rumah dan di tempatkan di atas balai-balai yang telah di persiapkan sebelumnya . upacara ini biasanya di laksanakan pada hari ke lima terhitung sejak Tunang Wara .
(3). Mungkaak Selimat
Jika pada siang harinya di laksanakan Pesengket Aning Tulakng. Maka pada malam harinnya di adakan upacara Mungkaak Selimat .sedang kan yang di maksud selimat adalah kotak berbentuk kubus dengan tutup terbentuk limas segi empat ,setiap sisinya di ukir dengan motif umum yakni Bungaq Senteroot yang merupakan motif khas ukiran kematian .
Ragam hias ukiran kematian di kalangan masyarakat dayak Tunjung benuaq pada jaman dahulu , di tentukan oleh tingkatan social dan kedudukan seorang di tengah masyarakat .
Ragam hias yang di pergunakan pada kaum Mantiq ( bangsawan ) ialah Bengkolokng Timang , Jautn Nguku , Jautn Ngantukg ,Tuak Tumpak Uli Jokatn, Dusun Bengkaloit Utak Bayatn Kalaq Tentekng Kenang.
Ragam hias yang dapat di pergunakan secara umum oleh semua golongan masyarakat , ialah Telabakng Banukng , Bungaq Senterot, Tolakng Tumakng Ete Bawakng Baloo Orooq Ete Bahooq.
Kembali pada upacara Mungkaq Selimat yang di maksud sebagai rangkaian kegiatan berupa : mendirikan dan menggantungkan selimat dan mulai ngerang kau untuk pertama kalinya .
Dalam tarian ngerangkau ini , jumlah penari yang berputar mengelilingi selimat harus berjumlah empat belas , sedangkan putaran tarian nya sebanyak tujuh kali . pada saat tarian ini para pengerangkau harus mendorong kelelungan dengan menggunakan kain batik.
(4). Pesawaq Belontakng
Pesawaq berarti mengkawinkan .jika kewangkei itu menggunakan kuburan, maka pesawaq belontakng berarti mengkawinkan belontakng dengan nisan kuburan. Namun jika menggunakan Tempelaaq, maka berarti mengkawinkan Belontakng dengan tempelaaq.
Simbolisasi dalam perkawinan ini , mempelai laki- laki mewakili kayu ulin yang di beri nama Pookng Baning , sedangkan memepelai wanita mewakili kayu benggaris , yang di beri nama Ilakng landing.
(5). Muat Belontakng
Muat berarti mendirikan , sehingga yang di maksud dengan Muat Belontakng adalah mendirikan dan menanamkanya di dalam tanah .
Sebelum mendirikan , belontakng terlebih dahulu di bersihkan melalui upacara Nyempur Miwir , dengan maksud agar belontakng tidak mendatangkan bahaya bagi para keluarga serta pengunjung yang menghadiri upacara pemotongan kerbau nantinya.
(6). Petiwaq Siliu
Siliu ialah sejenis kendaraan yang mampu meluncur di permukaan air, di darat maupun di udara. Siliu itu terbuat dari kayu yang di bentuk seperti sampan bertali rotan dan di gantung seperti ayunan.
Siliu ini berfungsi untuk perlengkapan upacara encoi talitn Paket , Entokng Liyau dan Kelelungan , encoi liyau dan kelelungan .
(7). Encoi Talitn Paket
Pada prinsipnya upacara Encoi Talitn Paket , pelaksanaanya sama dengan acara termaksud yang di laksanakan pada waktu kenyeu.
(8). Entokng Liyau dan Kelelungan
Pada prinsipnya upacara ini sama dengan upacara termaksud yang di laksanakan pada saat kenyeu, hanya pada saat ini di gunakan alat khusus yang di sebut siliu.
Kelebihan yang lain ,pada waktu pesengket liyau ,terdapat sarana untuk adu argumentasi yang di namakan Tuak Seriakng Liyau dan cara lain di sebut Engkuni Liyau
(9). Ukai Solai
Pada prinsipnya acara ini juga tidak jauh berbeda dengan upacara termaksud yang ada pada kenyeu .hanya perlu di catat bahwa upacara penombakan kerbau di laksanakan melalui tahapan :
Pertama , membacakan riwayat asal usul kerbau , kedua nyempur wiwir¸ketiga ngulas ngarikng ( pengolesan tepung tawar ) . keempat ¸ penombakan pertama secara simbolis oleh liyau kelelungan menuju arah jantung sebelah kiri kerbau , dan kelima, titi mengelilingi bangkai kerbau.
(10). Encoi Liyau dan kelelungan
Sebelum liyau dan kelelungan di hantar ke tempatnya masing-masing , perlu di kemukakan beberapa tahap upacara yang mendahului nnya yaitu:
i. Nyempur Aning Tulakng
Yakni upacara pembersihan terakir terhadap liyau sambil membacakan mantera yang mengandung doa dan harap agar di kemudian hari tak terjadi lagi duka cita.
ii. Ngulas Kelelungan
Ngulas berarti mengoleskan tepung tawar yang rangkaian kegiatannya meliputi : kelelungan di taruh dalam piring kuno ( melawtn ) , kemudian di olesi darah hewan kurban , terutama darah kerbau dan di jamu seperti layaknya menjamu tamu terhormat .
Maksud dari upacara ini adalah agar kelelungan dapat bersemayam dalam keadaan sejahtera , adil bijaksana di Teluyetn Tangkir Langit.
iii. Nempuk Kelelungan
Pada prinsipnya sam,a dengan upacara Encoi kelelungan pada upacara Kenyeu.
iv. Nulek Liyau
Pada prinsipnya upacaraa ini mengandung arti dan maksud yang sama dengan upacara Encoi Liyau pada tingkat upacara Kenyeu.
(11). Ngului Tulakng
Upacara ini dimaksud unyuk menghantar tulang belulang beserta tengkorak, ke tempat peristirahatan terakhir. Adapun tempat peristirahatan terakhir itu dapat berupa:
i. Tempelaaq
Yakni kotak ulin berukir dalam ragam hias kematian, bertiang dua atau tiga, serta dilengkapi dengan ukiran patung kepala dan ekor naga pada kedua penampangnya.
ii. Kererekng yakni sejenis tempelaqq, tetapi hanya bertiang satu
iii. Tempelaaq Patiiq
Yakni sebuah antang kuno yang disangga oleh sebuah tiang ulin berukir serta ditutup dengan Melawatn (piring kuno).
iv. Rinaaq/Temegatukng
Yakni makam yang berdinding papan ulin, diatasnya ditancapkan nisan yang merupakan pertanda bagi jenis kelamin tulang yang berada didalamnya.
v. Guur
Yakni makam dimana guci/antang yang berisi tulang ditanam selam kiri-kira sepuluh centi meter didalam tanah.
Upacara Nyului Tulakng sekaligus merupakan tanda bahwasanya upacara Kewangkei telah usai. Kemudian untuk mengakhiri masa duka cit, biasanya dilakukan upacara Malik Perahiiq Gimar, yang tata caranya menggunakan rangkaian upacara adat belian lewangan.
ADAT BELIAN
Di kalangan masyarakat Dayak Tanjung Benuaq, sepennuhnya mempercayai adanya kekuatan-kekuatan gaibyang terdaapat pada segala macam benda, seperti manusia, binatang, tumbuhan, batu, gunung dan lain sebagainya.
Keniscayaan terhadap kekuatan gaib ini justru mempererat hubunganantar manusia dengan kosmos. Apabila terjadi suatu pelanggaran didalamaturan masyarakat, maka acap kali dihubungkan denmgan kepercayaan yakni terjadinya ketidak seimbangan kosmos.
Ketidak seimbangan itu dapat membuat orang sakit, mati, panen gagal, bencana alam, dll peristiwa-peristiwa duka diatas, menurut kepercayan masyarakat Dayak Tanjung Benuaq akibat kemarahan makhluk yang memiliki kekuatan gaib atau adanya pelanggaran terhadap aturan norma tertentu yang telah ditetapkan.
Dalam kehidupan keseharian, masyarakat Dayak Tanjung Benuaq merasa selalu diliputi oleh makhluk-makhluk gaib. Perasaan ini mendorong selalu berupaya agar para makhluk yang memiliki kekuatan gaib tidak memusuhi mereka. Di pihak lain, mereka juga mengharapkan dalam kehidupan kesehariannya selalu mendapat pertolonga dari kekuatan-kekuatan gaib tersebut.
Dalam melakukan hubungan dengan makhluk-makhluk berkekuatan gaib, dapat dijalankan secara individu, terlebih bila hubungan tersebut vertalian dengan arwah para leluhur. Namun dalam peristiwa-peristiwa penting, seperti kematian, penyakit, kelahiran, perkawinan, dan lain-lain, mereka selalu menggunakan seorang atau beberapa orang perantara khusus.
Manusia yang bertindak sebagai perantara itu, adalah orang yang tahu secara mandalam mengenai soal-soal yang berkaitan dengan alam dan kekuatan gaib dan keahlian khusus lainnya, orang inilah yang lazim disebut sebagai pawing bebelian atau Pemeliatn.
1. ARTI DAN JENIS BELIAN
Secara harfiah, belian sebenarnya mengandung arti berpantang/tabu (Lietn). Sehingga secara umum, belian merupakan serangkaian usaha manusia yang bertujuan untuk mencegah ferjadinya suatu musibah terhadap manusia dan lingkungan, atau membebaskan diri dari belenggu penyakit, yang selalu diakhiri dengan cara berpantangan.
Menurut kepercayaan masyarakat Dayak Tanjung Benuaq, gangguan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan, dapat terjadi dalam dalam berbagai macam bentuk dan jtingkatan. Berkaitan dengan hal itu, maka jenis belian pun terbagi dalam beberapa ragam.
Berdasarkan sifatnya, belian dapat digolongkan atas dua jenis, yaitu:
(1). Belian yang bersifat pencegahan, diantaranya: Nalitn Tautn, Makatn Juss dan Tulak Bala.
(2). Belian yang bersifat pengobatan, diantaranya: Nyamat Nyaluq, Ngayukng dan Muat Balei Banci.
Sedangkan berdasarkan tata cara penyalenggaraannya , belian dapat digolongkan menjadi beberapa ragam, yaitu:
(1). Belian Lewangan/Belian Beneq
(2). Belian Bawo
(3). Belian Sentiyu
(4). Belian Jamu
(5). Belian Ranteu
Sehubungan dengan hasil inventarisasi ini, tidak semua jenis belian yang disebutkan diatas akan diuraikan. Berkaitan dengan upaya mengenal potensi adat masyarakat Dayak Tanjung Benuaq, dalam rangka pengembangan program pariwisata dan pembangunan daerah, hanya akan diketengahkan: Belian Bawo, belian lewangan dan Nalitn Tautn yang akan diuraikan sedikit rinci.
2. BELIAN BAWO
Belian Bawo adalah belian yang menggunakan bahasa Bawo sebagai bahasa pengantar , adapun pelakunya , biasa terdiri dari pemeliatn laki-laki , tetapi dapat juga seorang wanita .
Ciri khas belian Bawo ini , lengan kiri dan kanan sang pemeliatn , masing masing mengenakan sepasang gelang perunggu yang di sebut Ketakng, sedangkan di bagian kepala mengenakan ikat kepala yang di sebut Lawukng.
Khusus bagi pemeliatn pria , tidak menegenakan baju tetapi menggunakan semacam untaian kalung dari jenis kayu obat-obatan dan taring binatang, yang di sebut Samakng Sawit . untaian kalung tersebut di selampangkan dari bahu kiri-kanan ke bawah rusuk kanan kiri.
Ciri khas lain , sang pemeliatn mengenakan sejenis rok/kun panjang sampai ke mata kaki yang di renda dengan motif tertentu yang di sebut Ulap Bawo . sedangkan di bagian pinggang di lilit seuntai kain ulap bawo, kain ini di sebut Sempilit . di atas lilitan simpilit bagian pinggang di pasang ikat pinggang khusus yang di sebut babat .
Dalam pelaksanaan upacara adat belian bawo , biasannya di lakukan melalui beberapa rangkaian kegiatan , sebagai berikut:
(1). Momaaq
Momaaq adalah suatu proses awal yang selalu harus di lalui pada setiap mengadakan belian bawo . hal itu bertujuan menjelajahi negeripara dewa , serta mengundang mereka untuk membantu dalam usaha pengobatan.
Momaaq selalu di awali dengan meniup sipukng/baluluq sebanyak tiga kali ,alat ini terbuat dari taring beruang , macan dahan , harimau . suara Sipukng tersebut berperan sebagai undangan bagi para dewa , sekaligus merupakan kode untuk di mulai nya menabuh gendang yang pertama kali (nitik tuukng).
Setelah gendang di tabuh , pemeliatn menaburkan beras yang berada dalam genggaman dengan maksud melepaskan utusan yang akan menjemput para dewa yang di undang .
Pada saat momaaq , posisi pemeliatn duduk bersila menghadap awir , yaitu daun pinang beserta dahanya yang telah di buang lidinnya dan di gantung bersama selembar kain panjang menjuntai ke bawah menyentuh tikar bagian ujungnya . awir ini berfungsi sebagai “ tangga” untuk turun atau naiknya para dewa .
(2). Jakaat
Setelah para utusan tiba di negeri para dewa , pemeliatn mulai berdiri seta berjalan mengitari awiir. Posisi ini melambangkan para dewa mulai bergerak turun untguk menghadiri undangan .
Seusai para dewa tiba di dalam rumah , pemeliatn mulai menari untuk melakonkan gerak dari masing-masing dewa yang hadir.
(3). Penik Nyituk
Bilamana sekalian (para) dewa telah mendapatkan giliran menampilkan kebolehannya dalam hal menari , mereka bias duduk dan menanyakan alas an mengapa mereka di undang .
Dalam hal ini , jawaban tuan rumah sangat bervariasi , hal mana tergantung maslah yang sedang di hadapi keluarga tersebut pada saat itu.
(4). Ngawat
Pada tahap ini dengan kembali pada posisi berdiri , pemeliatn mewakili para dewa , mulai melaksanakan perawatan terhadap orang sakit dengan menggunakan sololo.
Puncak perawatan di lakukan dari muka pintu , dalam hal ini pemeliatn mewakili para dewa di atas bumi yang mempunyai ketrampilan nyegok (menyedot) penyakit, memberikan penyapuh , yaitu semacam obat yang bertujuan menyembuhkan luka dalam .
Sementara pemeliatn pulang-pergi member perawatan , bunyi gendang harus gendang harus di percepat dengan irama Sencerep dan Kupuk tuatn . akhirnya perawatan ini di selesaikan dengan Ngasi Ngado dan Nyelolo-Nyelolani ,dengan maksud menciptakan kondisi sejuk dan nyaman serta bebeas dari cengkraman penyakit .
Dalam perawatan terakhir ini , irama dan lagu tabuhan gendang berubah dan di perlambat dengan irama yang di sebut Meramutn dan beputukng .
(5). Tangai
Pada tahap ini , pemeliatn mempersilahkan para dewa untuk kembali ke-tempatnya masing – masing , dengan terlebih dahulu di sajikan hidangan alakadar . jenis sajian sesuai dengan tingkat acara yang di selenggarakan .
(6). Engkes Juus
Engkes dalam bahasa Dayak Benuaq berarti memasukan , sedangkan Juus adalah roh/jiwa . sehingga yang di maksud dengan engkes juus adalah memasukan roh/jiwa ke dalam tempat yang seharusnya yaitu badan dari yang empunya jiwa tersebut.
Masyarakat Dayak Tunjung Benuaq berkeyakinan bahwa kehidupan setiap manusia terdiri atas badan (unuk) dan jiwa (juus-june) .
Sehingga dalam proses penyembuhan manusia yang sakit , selain di perlukan perawatan fisik melalui Bekawat, perlu juga di lakukan perawatan jiwa melalui pengamanan juus-june agar tidak terganggu oleh roh-roh jahat . adapun tempat yang aman itu dinyatakan sebagai Petiq Angetn Bulaw.
(7). Bejariiq
Bejariiq artinya berpantang , lamanya berpantang biasanya selama satu hari . selama berpantang , orang yang sakit tidak di perb olehkan keluar rumah , memakan makanan terlarang , seperti terong asam , rebung dan semua jenis hewan melata.
Selain itu ,suasana rumah harus sepi dan tidak di perkenankan menerima tamu . suasana tersebut di tandai dengan penancapan dahan dan daun kayu hidup di samping pintu masuk rumah bagian luar.
Pelanggaran atas pantangan ini adalah mengakibatkan kambuh nya penyakit dan sukar di rawat kembali. Setelah berakhirnya masa jariiq , maka seluruh rangkaian belian bawo di nyatakan selesai .
Berdasarkan pada berat ringanya masalah yang di hadapi , serta keadaan social ekonomi keluarga atau masyarakat yang menyelenggarakan , belian bawo dapat di bagi menjadi beberapa tingkatan yaitu:
i. Ngejakat
Lamanya satu hari , tanpa mengkurbankan hewan dan tidak mengalami masa jariiq.
ii. Bekawat Encaak
Lamanya minimal tiga hari , menggunakan hewan kurban berupa babi dan ayam menggunakan belei di tanah dan menjalani masa jariiq selama maksimal tiga hari.
iii. Makatn Juus
Lamanya maksimal delapan hari , hewan yang di kurbankan berupa ayam, babi atau kambing, menggunakan balei di dalam rumah dan di halaman rumah . jumlah pemeliatn minimal delapan orang dan menjalani masa jariiq maksimal empat hari
iv. Nyolukng Samat
Lamanya maksimal delapan hari , sedangkan jumlah pawing minimal delapan orang .hewan kurban terdiri dari ayam , babi , kambing, kerbau, sesuai dengan janji waktu nyamat , menggunakan balei di dalam rumah dan di luar rumah , serta menjalani masa jariiq minimal empat hari.
BELIAN LEWANGAN
Pada pelaksanaan belian lewangan digunakan bahasa lewangan sebagai bahasa pengantar. Pemeliatn terdiri dari laki-laki dan biasanya tidak mengenakan pakaian khas.
Fungsi dari belian lewangan adalah sebagai perawatan atau pencegahan penyakit terhadap manusia atau lingkungan, juga dapat sebagai upacara ucapan syukur dan dapat menjadi sarana hiburan serta pengembangan bakat seni sastra.
Ambil contoh dalam upacara perkawinan, peranan pemeliatn lewangan lebih bersifat syukuran serta pengembangan bakat seni sastra, karena pada saat tersebut, disajikan kebolehan berargumentasi melalui Perentangin, Ngelele Nancakng, Ngoteu, Bedoneq, Beganter, Temanekng dan Bimpes.
Berdasarkan berat ringannya masalah yang dihadapi serta kondisi sosial ekonomi keluarga atau masyarakat yang menyelenggarakan, maka belian lewangan dapat dibagi menjadi:
(1). Ngokoq Ngejakat
Lamanya satu hari, pemeliatn satu orang,. Tidak mempergunakan hewan kurban dan tidak menjalani masa bejariiq.
(2). Ngatakng Nibukng
Lamanya satu sampai lima hari, pemeliatn minimal satu orang. Menggunakan hewan kurban berupa ayam yang jumlahnya sesuai dengan Dasuq yang ditelusuri.
Dasuq adalah jenis penyakit, makhluk penyababnya juga cara perawatannya. Menggunakan balei sesuai dasuq serta menjalani jariiq selama satu hari.
(3). Talitn Terajah
Lamanya satu sampai dengan enam hari, jumlah pemeliatn minimal satu orang. Hewan kurban berupa ayam dan babi yang banyaknya sesuai dengan dasuq. Menggunakan balei danm Tajukng serta menjalani masa jariiiq selama tiga hari.
(4). Bekelew Bekebas
Lamanya delapan sampai dengan enam belas hari, jumlah pemeliatn minimal delapan orang, jumlah hewan kurban berupa ayam dan babi disesuaikan dengan dasuq. Menggunakan Balei Munan Rampa (langit-langit rumah) dan menjalani masa jariiq selama tiga hari.
(5). Naliatn Tautn
Lamanya delapan sampai enam belas hari, jumlah pemeliatn minimal delapan minimal delapan orang. Hewan yang dipersembahkan berupa ayam, babi dan minimal satu ekor kerbau. Menggunakan balei tautn di tanah, serta menjalani masa jeriiq selama empat hari.
Pada uraian berikut, akan disajikan tahapan upacara Nalitn Tautn, karena dengan pertimbangan karena pada upacara ini, semua tingkatan belian lewangan telah termaktub.
Selain dari pada itu, upacara belian (Nalitn tautn) ini cukup berpotensi untuk dikembangkan dalam rangka menunjang program pariwisata dan pembangungan daerah, khususnya dalam Program Tahun Kunjungan Wisata 1991.
NALITN TAUTN
1. APA DAN MENGAPA NALITN TAUTN
Nalint dalam bahasa Dayak Benuaq, berarti merawat atau memelihara orang, sesuatu yang derajatnya lebih tinggi atau ditinggikan. Sedangkan Tautn (Tanjung Benuaq), berarti satuan waktu masa perladangan atau iklim serta jagat raya.
Sehingga nalitn Tautn dapat dapat diartikan sebagai suatu usaha manusia untuk mencari keseimbangan yang saling menguntungkan manusia dan alam lingkungan .
Di kalangan masyarakat Tunjung Benuaq , terdapat semacam keyakinan bahwa iklim yang buruk , serangan hama tanaman serta berkecamuknya wabah penyakit bagi manusia dan hewan dapat di sebabkan oleh tingkah laku manusia yang kurang bijak . ambil missal:
Perkawinan antar anggota keluarga yang hubungan darahnya terlalu dekat( besahuq) , dapat menyebabkan kemarau panjanag ( koreu ) atau sebaliknya mendatangkan hujan yang berkepanjangan ( jonyopm ) dan dapat melahirkan keturunan yang cacat fisik ataupun mental .
Missal yang lain adalah , kelalaian dalam mensyukuri hasil panen, dapat mengakibatkan datangnya bencana kelaparan atau berkecamuknya serangan hama tanaman .
Berdasarkan uraian di atas , maka Nalitn Tautn perlu di selanggarakan dengan tujuan :
Pertama, sebagai ucapan syukur kepada sang pencipta dan pemelihara alam atas iklim yang baik , sehingga manusia dapat menikmati panen raya ,buah Madu yang berlimpah, masyarakat sehat sejahtera.
Kedua , sebagai usaha mencegah terjadinya iklim yang kurang baik, berjangkitnya wabah penyakit .
Ketiga, sebagai usaha merawat bilamana iklim yang sedang terjadi , ternyata tidak menguntungkan manusia dan lingkungan .
Keempat , sebagai sarana dialog untuk memohon pengampunan atas kekilafan manusia dalam hal perkawinan yang salah purus ( besahuq ).
VI.2. TAHAPAN UPACARA NALITN TAUTN
(1). Bekumaq
Tahap ini juga disebut tahap tunang , artinya tahap di mana acara nalitn tautn di mulai , yang diadakan pada saat dini hari, sebelum ayam turun ke tanah. Hal itu merupakan lambang kesejukan dan ketentraman suasana agar dengan demikian upacara itu dapat berlangsung dengan lancar . acara ini di lakukan di dalam rumah dan biasanya cukup di lakukan oleh satu orang pemeliatn.
Pada siang harinya , di lanjutkan dengan acara timeq, yakni pembacaan semacam syair yang isinya berupa riwayat asal-usul terjadinya segala sesuatu yang akan di gunakan di dalam penyelenggarakan upacra nalitn tautn .
Pada kesempatan itu , termasuk di antaranya meriwayatkan terjadinya langit dan bumi . karena banyaknya benda atau sesuatu yang harus di riwayatkan asal-usulnya , maka biasanya timeeq, memerlukan waktui sekitar delapan hari .
(2). Ngoncakng Ibuus
Ibus adalah daun muda dari pohon Biruq yang di robek dengan rapi , di tekuk bergelombang , kemudian di rebus dan di beri warna merah dan kuning . sedangkan Ngoncakng , berarti mencantolkan untuk kemudian di rentangkan .
Sehingga dengan demikian , yang di maksud Ngoncak Ibus adalah rangkaian upacara mulai dari mencantolkan daun ibus pada seutas rotan yang di rentang kan memanjang sekujur rumah . juga mengayunkan hingga menaikan rentangan rotan tersebut sejajar dan sebatas sengan langit-langit rumah .
Rotan yang di gunakan adalah rotan khusus yang di sebut Siit Batuq, karena menurut keyakinan masyarakat Dayak Tunjung Benuaq rotan tersebut adalah raja dari segala rotan. Jika telah terpasang ibus, rotan tersebut di namai Uween awoi.
Daun ibus di maksudkan sebagai perlambang kepakan sayap Manuk Siu Kuning , yakni ayan jantan sahabat Jarukng, yang bermakna sebagai pengusir atau pembasmi nasib sial . acara ini di laksanakan pada siang hari, tepat pada hari ke delapan .
Pada malam harinya di mulai acara Tinek Torukng , yang di maksud dengan torukng adalah daun biruq bersama tangkaianya yang pada giliranya akan di tanam , serta berperan sebagai pohon pelindung ketentraman hidup manusia .
(3). Perusik kuyakng
Perusik berasal dari kata usik , yang berarti bertamu. Sedangkan kuyakng adalah sejenis makluk halus , yang biasanya tinggal di pohon beringin dan di pandang mempunyai kemampuan untuk mengetahui serta menyembuhkan penyakit.
Jadi yang di maksud dengan perusik kuyakng adalah, sesuatu upacara dalam pemeliatn memenaggil dan sekaligus berperan sebagai kuyakng untuk merawat orang yang sedang sakit .
(4). Nujaakng
Nujaakng berasal dari kata Tujakng, yaitu sejenis ayunan panjang yang terbuat dari kayu berbentuk sampan bertali rotan serta di lengkapi dengan aneka patung , berbentuk manusia dan burung . peralatan ini berguna sebagai perahu yang dapat di luncurkan di air , di darat maupun di uadara .
Sehingga yang di maksud dengan nujaakng adalah suatu proses perjalanan para pemeliatn untuk menjelajahi tempat para roh jahat dengan mengguanakan tujaakng . hal itu bertujuan untuk mengembalikan nasuq juus manusia maupun tanaman khusus , ke tempat yang seharusnya , yaitu badan manusia atau tanaman yang bersangkutan.
(5). Pekanan Luwiikng
Pekanan berasal dari kata Manan , yang berarti berjalan , sedangkan yang di maksud pekanan adalah mengutus atau menjalankan . sedangkan Luwiikng adalah nama roh padi (dewi padi).
Pekanan luwiikng berarti mengutus roh padi untuk membawa missi tertentu. Tujuanya adalah Tihau Tuukng untuk meminjam seperangkat alat dan suara musik , yang ada pada Itaak dan Kakah Lipaas Upekng , yakni makluk penjaga dan pemelihara alat dan suara music tersebut ( TUUKNG ).
Bersama dengan pekanan luwikng , di mulai pula jenis belian lain yang di sebut belian bawe , yang berperan untuk mengundang para Nayuq Tangai yang tidak terliput oleh belian lewangan.
(6). Jakat Sua Belai
Jakat dalam bahasa Dayak Benuaq , berarti berdiri . sedangkan Sua Belai , berarti masuk ke dalam rumah . berkaitan upacara ini, yang di maksud jakat sua belai , acara belian lawangan yang di laksanakan di dalam rumah telah mencapai puncak .
Setelah segala sesuatunya di persiapkan , maka pemeliatn selaku perantara mempersiapkan undangan ( nayuq timang ) . persembahan yang di sajikan pada waktu ini adalah , makanan dan minuman khusus , ramuan aneka warna ( ruyaq ) , serta hewan yang kesemuanya sebagai tanda ucapan syukur atas kesediaan para Nayuq Timang mengahdiri upacara nalitn tautn.
Selanjutnya dalam ragam bahasa sastra tinggi , para pemeliatn memohon berkat dari para nayuq timang, agar manusia dapat terhindar Dari marabahaya , hidup tentram sejahtera .
Bertindak mewakili para nayuq, pada kesempatan ini , pemeliatn menari (Ngarakng – Ngelawai), dengan di iringi alunan buntakng seraya tak henti-hentinya melantunkan lagu Terri dan Ngelele. Maksudnya tidak lain merupakan ungkapan rasa terimakasih dan suka cita dari para nayuq timang , atas sambutan manusia di bumi.
Upacara ini di akiri dengan Tangai , yaitu acara yang melambangkan bahwa segala persembahan telah di terima , serta permohonan berkat telah di kabulkan . demikianlah , rangkaian acara yang di adakan di dalam rumah telah selesai , namun para nayuq timang , tetap di mohon kesedianya untuk menghadiri acara lanjutan yang di laksanakan di Balei Tautn.
(7). Sua Balei Tautn
Balei Tautn adalah bangunan sementara berfungsi untuk menerima dan menjamu para seniang dan keriau kerasau. Upacara ini mengandung arti, serangkaian upacara belian yang di selanggarakan di balei tautn , yang letaknya biasanya di sekitar halaman rumah , atau tidak jauh dari lapangan , dimana akan di laksanakan upacara pemotongan kerbau .
Biasanya halaman di sekitar balei tautn juga di fungsikan sebagai arena adu ketangkasan seperti Bimpes untuk siang hari dan tari tarian untuk malam harinya .
Rangkaian acara di balei tautn adalah sebagai berikut:
i. Timeq Balei Tautn
Dalam tahap ini , pemeliatn memebacakan asal-usul terjadinya tahun, bulan , bintang gemintang , padi dan beberapa macam hama tanaman.
ii. Jakat Pekate
Dalam tahap ini diserahkan beberapa hewan kurban , berupa ayam babi dan kerbau . sehubungan denagan pemotongan kerbau , di perlukan belontakng , namun beberapa dari belontakng pada upacara kewangkai, sebab belontakng pada nalitn tautn, di hias ukir yang bermotif kehidupan dan tidak boleh berbentuk patung manusia.
Persembahan kurban pada tahap ini , selain di peruntukan bagi para seniang di balei tautn , juga bagi para nayuq timang yang telah lebih dahulu menunggu di dalam rumah , terutama persembahan darah kerbau.
Adapaun para seniang yang di undang di balei tautn antara lain:
Seniang Sahuq-Sumakng, yang berfungsi menyelesaiakan hal ikhwal yang bertalian dengan perkawinan salah purus ( besahuq ). Selain itu juga Seniang Tautn Bulatn, yang berfungsi mengendalikan iklim dan cuaca . Kengkapot-Sensirak, yang berfungsi sebagi penjaga dan pemeliharaan buah-buahan serta tanaman pangan , terutama padi . Keriau Kerasau, yang berfungsi sebagai sumber berbagai macam bentuk hama tanaman .
(8). Tangai
Tangai merupakan suatu proses akhir dari seluruh rangkaian kegiatan , dimana pada tahap ini muncul keniscayaan bahawa segala persembahan yang di haturkan , telah di terima oleh para nayuq tangai timang tamui dan juata tonoi entukng mulukng . acara ini berakhir , tepat pada hari ke enam belas .
(9). Bejariiq
Masa berpantang adalah empat hari , dengan jenis pantang: tidak boleh memakan makanan tertentu , misalnya ikan haruan dan sejenisnya , terong asam dan segala jenis binatang melata. Selain itu juga tidak di perkenankan melakukan perjalanan jauh.
Jenis pantangan yang lain yakni , di di dalam rumah tidak boleh tejadi perselisihan dan keributan , termasuk membunyikan alat-alat musik . kegiatan di lading di hentikan . menjauhkan diri dari segala macam jenis tumbuhan yang bermiang , misalnya bambu.
Sebagai tanda berpantang , di setiap jalan masuk desa di rentangkan tali melintas jalan serta di sematkan ranting dan daun kayu hidup . sesuai masa berpantang , rentangkan tali harus di lepaskan dan demikian seluruh rangkaian upacara Nalitn Tautn , di nyatakan selesai .
PENUTUP
Tim inventarisasi dari LP2SM “Daya Sejahtera “ , mewakili kerabat besar masyarakat Dayak Tunjung Benuaq , telah berusaha maksimal untuk mengetengahkan “sinoptik” tentang upacra adat yang berkaitan dengan daur hidup .
Uraian termaksud perlu di sadari bukan merupakan hasil penelitian ilmiah , yakni sekedar inventarisasi yang di himpun dari beberapa tokoh masyarakat Dyak Tunjung Benuaq . sehubungan dengan itu , segala saran dan penambahan dan pembenaran data , dari para peserta seminar sangat di harapkan.
Dari apa yang telah di uraikan , terlihat jelas bahwa upacra adat masyarkat Dayak Tunjung Benuaq , yang berkaitan dengan daur hidup ,cukup potensial untuk di kembangkan dalam menunjang program kepariwisataan dan pembangunan daerah . tentu saja juga beberapa upacara adat yang berkaitan dengan lingkaran taun , okasional dan insidental , yang karena keterbatasan waktu tidak sempat kami inventarisasikan.
Satu hal yang penting dalam rangka program kepariwisataan termaksud , yakni di perlukan adanya konsientisasi , pembinaan dan kemitraan kerja yang terpadu dari pelaku adanya konsientisasi , pembinaan dan kemitraan kerja yang terpadu dari para pelaku pembangunan ,dalam hal mana di maksud agar masyarakat Dayak (Tunjung Benuaq) , tidak semata-mata menjadi obyek pembangunan kepariwisataan , melainkan subyek utama dalam dunia industri pariwisata.
nice info
BalasHapus